Kamis, 19 Januari 2012

Saleh Ritual Saleh Sosial

Hari berjalan terus menerus tanpa henti. tetap saja masih seperti biasanya. kalaupun ada perubahan tidaklah seberapa. Lalu apa yang diperbuat oleh semua orang. entahlah,,, aku tidak tahu. Tentunya yang paling terpenting adalah bagaimana kita --- yang masih merasa menjadi manusia --- tetap menjalani kehidupan sebagaimana semestinya manusia.

Manusia itu makhluk yang menarik. Bisa berfikir,,, itu yang paling membedakan antara manusia dengan makhluk lain. tapi sayangnya tidak menggunakan pikiranya. Masih saja sekat-sekat kehidupan antar manusia menjadi jurang pemisah. Antara si kaya dengan si miskin semakin renggang. Padahal si adanya status kaya karena adanya oarang yang mempunyai status miskin. Ini cuma bagian dari beberapa hal yang ada tentang status sosial.

Apalagi???? hemmm... ah tahu ah,,,, aku cuma kepengen menginggat kembali tentang posisi kedudukanku sebagai manusia saja. Aku ini manusia tapi aku sebenarnya juga penen berprilaku sebagai masnusia. Bukan sebagai setan atau hewan. Manusia mempunyai posisi yang unik.

Pertama, manusia itu sebagai abdun (hamba). Tentunya ini bersifat transedental. Dalam hal ini manusia mempunyai kewajiban terhadap Tuhanya dalam menjalankan kewajiban yang dibebankan kepadanya. kewajiban yang dijalankan tanpa mengharapkan apa-apa. Jadi teringat sebuah kalimat dari sebuah syair "Jika surga dan neraka tak pernah ada, masihkah kau menyembah padaNya".

Kedua, manusia itu sebagai khalifah fil ardh (pemimpin di bumi). Pemimpin di sini adalah bagaimana manusia menjaga keseimbangan dengan sesamanya juga dengan lingkunganya. Tentu saja ini tidaklah mudah. Perlu keikhlasan yang sangat luar biasa. Misalnya saling berbagi kepada sesama. Konsep ini bagus tetapi tidak semua mau melakukanya.

Orang mau besedekah untuk saudaranya yang kekurangan tapi kadang hatinya masih dipenuhi riya'. Bahkan kadang kita jika ada yang meminta kita pun memberinya sesuka hati kita. Tetapi jika kita meminta ketika dikasih tidak sesuai harapan kita, langsung saja kita tidak merasa tidak puas dengan pemberian itu.

Teringat sebuah syair

"Bukankah kalau ada yang meminta padamu,
Kau memberinya sesuai kehendakmu
Atau bahkan kadang tidak memberinya sama sekali?
Mengapa kalau kau memohon pada-Nya,
Ia haruskan memberimu sesuai kehendakmu?
Memohonlah pada-Nya.
Ia pasti memberimu
Dan biarlah Ia memberimu sesuai kehendak-Nya"

Ah menulis apa aku ini. Tulis ini tulis itu kagak nyambung antara paragraf satu dengan yang lainya. Mau ngomong kesalehan itu harus seimbang, tidak hanya saleh ritual dalam hal ini ibadah kepada Tuhan, tetapi juga saleh sosial, bagaimana menjadi pelopor perubahan menuju tatanan masyarakat yang lebih baik. Jadi akan menjadi insan kamil kalau manusia itu saleh ritual juga saleh sosial. Mau bilang begitu saja kok repot. hehehehe

Blitar, 19 Januari 2012