Sabtu, 21 September 2024
Jumat, 30 Agustus 2024
REFLEKSI (DI) BULAN AGUSTUS
Tak terasa bulan agustus sudah
berada di penghujung. Tentu kalau berbicara bulan agustus yang teringat bagi
kita semua adalah hari kemerdekaan Indonesia. Tentu saja acara peringatan hari
kemerdekaan bangsa ini akan berfokus dan akan selalu di adakan semeriah
mungkin. Ini salahsatu rasa hormat dan rasa nasionalisme untuk negeri tercinta
ini. Walaupun saya bersama sahabat-sahabat saya berencana akan mengadakan
kegiatan peringatan di hari kemerdekaan di bulan September karena semua
berfokus pada kegiatan yang sudah diadakan oleh instansi dan lembaga lain di
bulan agustus
Kita semua tidak merasakan
panahnya timah panas menembus tubuh kita, sakitnya tusukan pedang mengenai dada
kita. Dan kita tidak merasakan betapa hati rasa ketakutan setengah mati hanya dengan semangat jihat berada
digaris terdepan dengan bambu runcing melawan melawan Kolonial Belanda dengan
senjata meriamnya. Tapi komitmen sebagai anak bangsa ikut menjaga dan
memeriahkan kemerdekaan tentu salahsatu wujud dari rasa cinta kita.
Dari semua acara peringatan
kemerdekaan mulai dari panjat pinang, Tarik tambang, voli terpal, sepakbola
daster dan juga sarung, dan segala jenis kegiatan saya merasakan dan mengamati
hanya pawai kebudayaan yang paling ramai dan banyak penontonnya.
Saya bukanlah pecinta pawai
kebudayaan yang setiap ada even pawai kebudayaan akan selalu menghadiri untuk
melihatnya. Tapi hanya yang yang terjangkau dan ada waktu dan yang terpenting
bagi saya menarik, baru saya akan meluangkan waktu untuk menonton. Kadang saya
tidak sengaja saat perjalanan ada pawai sering saya berhenti sebentar menikmati
suasana keramaian pawai. Kalau menarik saya menonton lebih lama. Kalau menurut
saya hanya monoton ya saya teruskan perjalanan. Tapi yang terakhir ini yang
sering saya alami. hihihi
Acara pawai kemerdekaan, tentu
acara ini panitia berbeda-beda sebagai pelaksana, ada yang tingkat kabupaten,
kecamatan, bahkan desa. Untuk di desa tentu pesertanya adalah di tingkatan
rukun tetangga (RT) Saya mencoba untuk mengobrol setiap bertemu dengan orang
yang saya temui ketika mereka antusias ngomong tentang ini. Hasil kesimpulan
saya ternyata banyak anggapan masyarakat bahwa rasa nasionalisme hanya
ditentukan partisipasi keikutsertaan di pawai kebudayaan. Pernah saya ngobrol
dengan salahsatu orang, pas pelaksanaan pawai orang tersebut tidak bisa ikut
karena sesuatu hal tidak bisa di tinggal, akhirnya tetangga mengucilkannya dan
menuduhnya tidak punya rasa nasionalisme
Tapi pandangan pribadi saya untuk
mengisi kemerdekaan yang paling utama dimulai dari kita sendiri untuk menjadi
lebih baik. Itu pandangan pribadi saya lo ya…
Sound Horeg dan Pargoy
Sound Horeg dan pargoy ibaratnya
dua sisi mata uang, jika ada pawai keduanya selalu melekat. Sebelum berbicara
lebih lanjut kita simak dulu ulasan sound horeg dan pargoy. Pertama
sound horeg, Menurut Kamus
Bahasa Jawa-Indonesia (KBJI) oleh Kemendikbud, kata horeg memiliki arti
bergerak atau bergetar. horeg merupakan
sebuah istilah yang berasal dari bahasa Jawa kuno. Istilah horeg memiliki arti
gempa atau berguncang. sound horeg merupakan sebuah fenomena yang berkembang di
kalangan masyarakat dengan memanfaatkan alat penghasil suara dengan volume yang
cenderung tinggi.
Kedua pargoy, Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
kata pargoy tidak dapat ditemukan. Istilah ini muncul dari bahasa gaul yang
dipakai dalam obrolan di masyarakat dan media sosial. Tapi berdasarkan ilmu otak-atik-gatok
dan meneurut teman pargoy singkatan dari Party goyang. joget pargoy
ini ditandai dengan goyangan menonjolkan kelenturan tubuh yang diiringi musik
remix DJ.
Pawai dengan dengan penampilan ini tentu
saja menjadi pro dan kontra di tengah masyarakat. Bahkan beberapa ada yang
mengatakan perlu ada aturan jam dan spesifikasinya agar tidak membuat kegaduhan
atau minimal tidak menggagu yang kurang menyukai tentang hal ini.
Bukan saya anti dengan sound hereg dan juga
pargoy dalam setiap pawai kebudayaan. Tapi saya lebih sepakat dengan yang di
atur tadi. Agar semua tidak ada yang merasa dirugikan dan tetap terwadahi. Apalagi
kalau dalam pawai hanya menampilkan sound horeg dengan jogetannya tanpa tema. Dan
untuk tahun ini yang saya lihat hamper 90% jenis pawai yang seperti ini. Adapun
yang bertema hanya sedikit itupun dari lembaga pendidikan.
Tapi harus seperti itu karena membawa nama
lembaga pendidikan. Yang menurut saya unuik adalah ketika walau tetap memakai
sound horeg tapi kapasitasnya di atur sedemikian rupa agar tidak membuat dada
sesak ketika dekat. Dalam pakaian juga lebih bertema misalnya kerajaan
Indonesia dahulu, adajuga para pejuang. Lagu juga tidak melulu music DJ. Ada
juga walapun tanpa menghilangkan jedug-jedug juga memutar lagu-lagu daerah,
perjuangan, dan juga lagu budaya asli Indonesia. Kadang masih diselingi
tearikal tentang perjuangan para pahlawan, ada juga yang memberikan tetrikal
sumpah palapa Gajah Mada. Tentu dengan seperti ini saya mengapresiasi yang
sangat dalam.
Ada juga yang kadang bikin
jengkel, bukan saya menganggap diri ini sok suci. Naluri kelelakian, tentu mata
akan dimanjakan mungkin dengan model pargoy yang ada dancer dengan pakaian
seksi. Tapi saya sendiri kadang juga bingung, pernah saat buka facebook ada
video yang menampilkan Pawai dengan sound horeg, tentu dengan pargoy yang ada dancernya
memakai baju kebaya, tapi bawahan pakai celana pendek dan dibalut kain batik
yang sama pendeknya dengan celana.
Bahkan yang meprihatinkan ketika
ada yang nyawer dengan cara memasukan uang di dalam celana bagian paha. Dan yang
bikin bingung sang dancer sangat senang dan malah tertawa. Saya tidak
tahu ini masuk kategori pelecehan terhadap perempuan atau bukan? Dan yang lebih
membingungkan adalah banyak anak-anak kecil yang melihat itu semua.
Pemahaman Islam dan Budaya
Arab
Untuk sub bab ini lebih detai
dari yang awal. Ini lebih mengerucut pada pawai kebudayaan yang di lingkup
lembaga pendidikan. Yang meneurt hemat saya lebih menarik dan lebih edukatif
karena tidak hanya sekedar hiburan. Inipun masih ada beberapa catatan, dan
catatan ini bisa dikatakan sebagai bahan evaluasi dan kritik terhadap pemahaman
agama terutama Islam.
Sebenarnya pemahaman Islam dalam
lembaga pendidikan bisa dilihat jika ada pawai yang menampilkan tema agama.
Yang saya amati dari pawai tahun ini, jika ada lembaga pendidikan jika bertema
tentang Islam, ada juga busana berjubah untuk laki-laki, dan memakai pakaian
gamis yang serba hitam dengan di ikat sorban di kepala. Kalau mengamati lebih
pasnya bukan budaya ala Islam tetapi budaya timur tengah.
Tentu beda antara ajaran Islam
dan Budaya timur tengah. Masih banyak persepsi Islam berarti timur tengah,
padahal memakai sarung dan baju surjan serta blangkon itu bagian dari Islam.
Bahkan dulu orang-orang islam di Nusantara ya tidak lepas dari itu semua. Tentu
tidak semua berpemahaman seperti ini. Untuk sekolah-sekolah yang berbasis agama
(Islam) dalam hal pawai sudah bisa memahami antara Islam dan budaya sehingga
dalam menampilkan dalam pawai sudah bisa mengakulturasi ketika dengan budaya
Indonesia dan menyesuaikan.
Dan rata-rata penampilan dengan
tema Islam sama dengan budaya arab berada pada sekolah-sekolah umum. Tentu ini
menjadi pekerjaan rumah bersama.
Blitar, 30 Agustus 2024
Kamis, 30 Mei 2024
Tentang "Kepada Noor"
Mungkin saya, bagian orang yang terlambat mengetahui lagu viral yang dinyayikan Panji Sakti yang berjudul “Kepada Noor”. Malam itu belum bisa tidur ku buka Instagram ada sebuah story foto yang backsoundnya lagu ini. Karena suasana malam yang sangat hening, lagu yang bikin tenang dan merinding dan mengingat tentang kerinduan kepada Tuhan.
Kuulangi terus-menerus tanpa bosan, akhirnya saya baca
tulisan kecil keterangan dari backsound tersebut, tertulis Panji Sakti, Kepada
Noor. Langsung ku buka youtube dan ku ketik kepada noor munculah lagu tersebut
dan kuputar versi lengkapnya.
Benar-benar merinding mendengarnya, apalagi ada lirik yang
menurut saya seperti mantra sangat membius.
Kepada Noor
Seperti burung yang sedang membuat sarang
Dari rumput dan ilalang
Kususuri setiap keindahan
Di wajah-Mu kusematkan
Rindu adalah perjalanan mengurai waktu
Menjelma pertemuan demi pertemuan
Catatannya tertulis di langit malam
Di telaga dan di ujung daun itu
Rindu mengekal menyebut nama-Mu berulang-ulang
Rindu mengekal menyebut nama-Mu berulang-ulang
Rindu mengekal menyebut nama-Mu
Kudalami lebih lanjut tentang lagu ini. Dan ternyata lagu ini adalah musikalisasi puisi, puisi yang ditulis oleh M. Syarif Hidayat untuk istrinya yang bernama Siti Nurbaya yang memang paggilannya Nur. Tetapi dalam ceritanya Panji sakti tergerak hatinya untuk menciptakan musikalisasi puisi ini karena ada dorongan rohani dalam memaknai puisi itu.
Mungkin bagi penulis puisi itu untuk istrinya tapi bagi
panji Noor dimaknai bagi Noor sang pemilik semesta. Apakah hal itu salah? Tidak
salah karena ketika sebuah karya puisi ketika sudah terpublish entah tercetak
di media massa, buku, atau bahkan medsos. Interpretasi diserahkan kepada
masing-masing pembaca.
Tapi bagi saya memang musikalisasi antara nada dan lirik sangat luar biasa. Bagi saya ini bukan sekedar musik biasa tapi ajaran sufi. Bagai kerinduan seorang hamba kepada penciptanya.
30 Mei 2024
Selasa, 20 Februari 2024
Singkong & Kesederhanaan
Sabtu, 03 Februari 2024
Sabtu, 27 Januari 2024
Rabu, 17 Januari 2024
Secangkir Kopi Hitam III
Bulan sabit menampakan sinarnya di pintu rumahku
Seakan mengucapkan salam "Assalamu'alaikum"
Aku pun mempersilahkan masuk
Ku buat secangkir kopi hitam
Kitapun berdiskusi tentang alam
Tentang sejarah kehidupan
Tentang kekuasaan
Namun semua tak ada yang lebih penting
Selain rasa kemanusiaan
15 Januari 2016
Sabtu, 13 Januari 2024
HEALING (3); NGARET
Deandles saat usia 7 bulan |
Sebenarnya konteks tulisan ini agak terlambat jika ditulis sekarang. Karena memang tulisan ini seputar tentang peringatan kemerdekaan Indonesia. Ide tulisan ini juga muncul di bulan Agustus tapi belum sempat menuliskannya karena memang kesibukkan yang sangat padat merayap. Dan saya juga harus berpura-pura sibuk supaya dianggap seperti orang penting.
Ini alasan yang tepat untuk alibi saat mempublish tulisan ini. Tapi melihat fenomena masyarakat yang bulan September masih banyak yang merayakan kemerdekaan Indonesia maka saya lanjutkan tulisan tentang peringatan kemerdekaan ini.
***
Lihatlah terlebih dahulu gambar paling atas dengan seksama dan dalam tempo yang tidak terbatas, tetapi jangan seperti bercermin. Ini adalah salah satu hewan yang setiap hari harus saya urusi. Harus saya manjakan setiap harinya. Kasih makan minum, bahkan kadang saya masakan khusus untuk si doi.
Tubuhnya putih, besar dan galak. Bagi seusianya badanya termasuk kategori bongsor. Saat bulan agustus kemarin usianya masih 7 bulan. Bahkan dengan punya tetangga yang usianya diatasnya masih besar si doi.
Orang menyebutnya berjenis cross texel. Ada cross karena persilangan dengan jenis lokal agar mampu beradaptasi dengan iklim dan cuaca di Indonesia. Domba jenis texel sebenarnya jenis ini dari Belanda. Pemberian nama texel sesuai dengan daerah asalnya yaitu, Pulau Texel di Belanda yang tepatnya di Provinsi Noord Holland.
Saya mulai mengadopsinya tepat pada tanggal 17 Agustus bulan lalu. Tepat saat HUT RI, kemudian saya memberinya nama si doi yaitu Deandels. Karena adanya kesamaan atau kemiripan, sama-sama galak. Sama-sama dari belanda. Sama-sama bertubuh tinggi besar. Dan yang terpenting sama-sama yang memberinya penghidupan adalah orang-orang pribumi nusantara. Kalau Deandels penjajah dulu dihidupi oleh para rakyat jaman dulu, sedangkan Deandels si doi dihidupi juga oleh orang nusantara masa kini, ya saya ini.
Itung-itung sambal mengingat perjuangan bangsa ini saat masa penjajahan Belanda. Mungkin sudah banyak yang lupa siapa itu deandels, atau mungkin malah tidak tahu. Jangan bilang dulu saat pelajaran sejarah pas tidak masuk sekolah karena alasan tertentu, sakit misalnya.
Nama lengkapnya Herman Willem Deandels. Walaupun orang Belanda tetapi Deandels bukanlah orang nya kerajaan Belanda tetapi ia adalah orang kepercayaan Napoleon Bonarparte. Saat itu belanda sedang dikuasai Perancis dan deandels memang dari awal orang yang tidak membelot dari belanda dan ikut bergabung dengan Perancis. Saat Napoleon menyerang Belanda dan Kerajaan Belanda kalah kemudian meminta bantuan ke kerajaan Inggris, Deandels di beri jabatan sebagai Gubernur Hindia-Belanda nama Indonesia saat itu.
***
Setiap sore hari, saat matahari sudah mulai redup di ufuk barat. Tugas rutin adalah harus ngaret mencari makanan untuk Deandels. Suasana desa sangat khas memberikan ketenangan tersendiri suara angain disertai buru-burung liar menambah suasana lebih damai. Anak-anak ramai bermain layang-layang.
Dalam ngaret ada hal yang menarik tentang rumput. Pak Tani menanam jagung tumbuhlah rumput sebagai gulma, sedangkan saat menanam rumput mengapa tidak tumbuh jagungnya. Ini berarti setiap berbuat kebajikan pastilah selalu ada celah kekurangannya, entah itu hati yang riya’, komentar netizen yang sewot, tau lainnya. Tetapi jika berbuat keburukan tidak akan pernah ada kebaikaanya. So, teruslah berbuat baik, kalau tumbuh rumput (gulma) kita potong (ngaret) untuk makanan domba.
Selasa, 11 Juli 2023
GABUT XII; SLUKU BATHOK (SULUKAL BAQO)
Sampul Kitab Khazintul Asror Penernit Toha Putra |
Musim liburan telah tiba, anak saatnya liburan sekolah juga liburan di pesantrenya. Sampai rumah seperti biasa saya meminta sesekali adzan di masjid. Saat pujian yang dilagukan adalah sluku-sluku bathok. Tembang lagu sluku-sluku bathok ini saat saya masih kecil saat diajari menyanyi sama orang tua juga diajari lagu sluku-sluku bathok ini.
Iramanya khas Jawa bahasanya sudah pasti juga memakai bahasa Jawa. Lagu ini rasanya tidak pernah hilang ditelan jaman. Setiap ada arransement baru pasti menarik walaupun sebenarnya lagunya lama, bahkan sangat lama sekali.
Saya kira lagu ini bukan hanya sekedar lagu. Tapi adalah lebih pada sebuah pembelajaran hidup di dunia. Sebuah Ilmu yang sangat mendalam tetapi dikemas dalam nuansa yang santai dan sangat menyenangkan. Mungkin para ulama terdahulu dalam berdakwah lewat budaya memakai kaidah berikut,
فاسلكي سبل ربك ذللا
Dan tempuhlah jalan rabb-mu yang telah di mudahkan
Jika bisa dipermudah kenapa di persulit, mungkin itu yang membuat para wali menggunakan cara-cara dakwah yang asyik tanpa menghilangkan inti ajaran sesungguhnya. Dalam hal ini contoh tembang sluku bathok adalah tembang tasawuf yang sangat dalam inti ajaranya, akan tetapi di tangan para wali dengan indahnya di sampaikan dengan nada, dan lagu seakan terkesan lagu untuk permainan. Dengan cara yang luar biasa ini, sehingga mampu menarik hati, sehingga hati yang taslim siap menerima ajaran islam.
Tembang Jawa sluku bathok sebenarnya tembang tersebut memiliki makna yang luar biasa. Yakni tembang yang menceritakan tentang hubungan antara manusia dengan tuhannya, serta kewajiban manusia selama masih hidup. Sluku dari kata suluk, Sayyid Muhammad Haqqi an-Nazili menulis kitab Khazintul Asror dan di dalamnya ditemukan sebuah kata-kata yang sangat mirip bila disandingkan dengan syair tembang sluku bathok. Dan sebagian besar kitab tersebut banyak menjelaskan tentang ilmu haq filqolbi, seperti misalnya tentang dzikir dan tentang thoriqoh, seperti yang diterangkan tentang thariqah naqsabandiyah. Karena kitab ini diajarkan dalam Thoriqoh Naqsabandiyah.
Adapun syair tembang sluku bathok dan kalimat-kalimat syair yang ada di kitab khazinatul asrar tersebut ternyata mengandung makna filosofi yang tinggi, yaitu tentang cara atau jalan yang harus di tempuh untuk mendapatkan ilmu haq filqolbi.
SLUKU SLUKU BATHOK BATHOKE ELA ELO.
USLUK SULUKAL BAQO' BAQOO'UHU LAA ILAAHAILLALLOOH
“Menyelam lah (laku suluk dan Dzikir) dengan jalan Holwat dan uzlah. dengan terus menerus melatih dan melafalkan kalimah dzikir Laa ilaahaillalloh di lisan maupun di dalam hati (tentu dengan bimbingan seorang guru mursyid).
SI ROMO MENYANG SOLO OLEH OLEHE PAYUNG MOTHA.
SIRROMAA YASHILU ILALLOH FAHAYYUN LAAYAMUUT.
Dengan jalan suluk dan dzikir (uzlah dan khalwat) seperti itu, maka hati akan bisa selalu wushul kepada Allah selalu hidup tak pernah padam.
Kenapa demikian? karena khalwat dan uzlah adalah merupakan Jihad linafsih, dimana di dalamnya adalah bertapa tanpa aktifitas dunia, dan hati senantiasa berlatih konsentrasi kepada Alloh dengan bimbingan guru secara khusus. Sebagaimana dicontohkan Nabi Muhamad Saw, beliau bertapa di gua hira’.
MAK JENTIT LOLO LOBAH WONG MATI ORA OBAH
FAJADID LAHUL HUBBAH FABAATINUHU BIL MA'RIFAH
Dan dengan jalan suluk itu maka akan hadir di dalam hati kecintaan kepada Allah. Dan batin menjadi makrifat kepada Allah. Yaitu setelah seseorang melakukan khalwat atau uzlah maka dirinya akan merasakan di dalam hatinya sebuah perubahan yang sangat mendasar. Terutama mulai mengerti tentang siapa dirinya yang sebenarnya, dan siapa tuhan yang harus disembah sebenarnya. Dia akan dengan sendirinya mengalami perubahan tentang bertambahnya kecintaan terhadap tuhannya yaitu ditandai dengan memudarnya kecintaan yang berlebihan terhadap duniawi.
Perubahan itu terjadi karena kehendak Allah bukan karena keinginan nafsiah akalnya, mulai terbentuklah sifat kesabaran dan berkurangnya sifat amarahnya. Karena nafsu dihajar dengan puasa dan laku prihatin lainya. sehingga sampai terbukanya bashirah (mata ruhani) sehingga bila dilakukan dengan terus-menerus dan sabar maka dia akan masuk pada pintu makrifat billah. Tentu penjelasan ini tidaklah sesederhana ini dan juga tak serumit yang dibayangkan. karena keterbatasan ruang. karena ilmu ini bila dijabarkan maka takkan pernah ada batasnya, namun bila dijalani juga tak sesulit yang dijabarkan.
YEN OBAH MEDENI BOCAH YEN URIP GOLEKO DUIT
BAYYINUL MAHABBAH BIDAWAMIL MUROQOBAH BAYYINUL MA'RIFAH BIL BAQOOITTAFWIDZ
Perwujudan mahabbah/ kecintaan itu adalah hatinya akan selalu taqarrub kepada Allah. Dan perwujudan makrifat itu berubahnya diri menjadi pribadi yang lebih sempurna.
Begitulah, betapa luhurnya pesan yang termaktub didalam syair tembang sluku-sluku bathok ini. Walaupun tembang ini terkesan hanya sebagai tembang biasa, namun bila diambil hikmah dari isi kandunganya, maka sesungguhnya akan mengantarkan manusia itu menuju jalan Insanul kamil.
Diolah dari berbagai sumber