Selasa, 20 Februari 2024

Singkong & Kesederhanaan


Singkong itu ajaran tentang kesederhanaan. Singkong itu bisa eksis di mana saja. Tapi tetap rendah hati, tetap tak mau menampakkan buahnya. Singkong tetap tumbuh di kala panas atau hujan. Tetap tegar dan menebar manfaat.

Sabtu, 03 Februari 2024

Mulutmu Dirimu


Semua perkataan yang terlontar dari mulut manusia menunjukan kepribadian dan prilakunya.

Sabtu, 27 Januari 2024

Rabu, 17 Januari 2024

Secangkir Kopi Hitam III


Bulan sabit menampakan sinarnya di pintu rumahku

Seakan mengucapkan salam "Assalamu'alaikum"

Aku pun mempersilahkan masuk

Ku buat secangkir kopi hitam

Kitapun berdiskusi tentang alam

Tentang sejarah kehidupan

Tentang kekuasaan

Namun semua tak ada yang lebih penting

Selain rasa kemanusiaan


15 Januari 2016

Sabtu, 13 Januari 2024

HEALING (3); NGARET

Deandles saat usia 7 bulan

Sebenarnya konteks tulisan ini agak terlambat jika ditulis sekarang. Karena memang tulisan ini seputar tentang peringatan kemerdekaan Indonesia. Ide tulisan ini juga muncul di bulan Agustus tapi belum sempat menuliskannya karena memang kesibukkan yang sangat padat merayap. Dan saya juga harus berpura-pura sibuk supaya dianggap seperti orang penting.

Ini alasan yang tepat untuk alibi saat mempublish tulisan ini. Tapi melihat fenomena masyarakat yang bulan September masih banyak yang merayakan kemerdekaan Indonesia maka saya lanjutkan tulisan tentang peringatan kemerdekaan ini.

***

Lihatlah terlebih dahulu gambar paling atas dengan seksama dan dalam tempo yang tidak terbatas, tetapi jangan seperti bercermin. Ini adalah salah satu hewan yang setiap hari harus saya urusi. Harus saya manjakan setiap harinya. Kasih makan minum, bahkan kadang saya masakan khusus untuk si doi.

Tubuhnya putih, besar dan galak. Bagi seusianya badanya termasuk kategori bongsor. Saat bulan agustus kemarin usianya masih 7 bulan. Bahkan dengan punya tetangga yang usianya diatasnya masih besar si doi. 

Orang menyebutnya berjenis cross texel. Ada cross karena persilangan dengan jenis lokal agar mampu beradaptasi dengan iklim dan cuaca di Indonesia. Domba jenis texel sebenarnya jenis ini dari Belanda. Pemberian nama texel sesuai dengan daerah asalnya yaitu, Pulau Texel di Belanda yang tepatnya di Provinsi Noord Holland.

Saya mulai mengadopsinya tepat pada tanggal 17 Agustus bulan lalu. Tepat saat HUT RI, kemudian saya memberinya nama si doi yaitu Deandels. Karena adanya kesamaan atau kemiripan, sama-sama galak. Sama-sama dari belanda. Sama-sama bertubuh tinggi besar. Dan yang terpenting sama-sama yang memberinya penghidupan adalah orang-orang pribumi nusantara. Kalau Deandels penjajah dulu dihidupi oleh para rakyat jaman dulu, sedangkan Deandels si doi dihidupi juga oleh orang nusantara masa kini, ya saya ini.

Itung-itung sambal mengingat perjuangan bangsa ini saat masa penjajahan Belanda. Mungkin sudah banyak yang lupa siapa itu deandels, atau mungkin malah tidak tahu. Jangan bilang dulu saat pelajaran sejarah pas tidak masuk sekolah karena alasan tertentu, sakit misalnya.

Nama lengkapnya Herman Willem Deandels. Walaupun orang Belanda tetapi Deandels bukanlah orang nya kerajaan Belanda tetapi ia adalah orang kepercayaan Napoleon Bonarparte. Saat itu belanda sedang dikuasai Perancis dan deandels memang dari awal orang yang tidak membelot dari belanda dan ikut bergabung dengan Perancis. Saat Napoleon menyerang Belanda dan Kerajaan Belanda kalah kemudian meminta bantuan ke kerajaan Inggris, Deandels di beri jabatan sebagai Gubernur Hindia-Belanda nama Indonesia saat itu.

***

Setiap sore hari, saat matahari sudah mulai redup di ufuk barat. Tugas rutin adalah harus ngaret mencari makanan untuk Deandels. Suasana desa sangat khas memberikan ketenangan tersendiri suara angain disertai buru-burung liar menambah suasana lebih damai. Anak-anak ramai bermain layang-layang. 

Dalam ngaret ada hal yang menarik tentang rumput. Pak Tani menanam jagung tumbuhlah rumput sebagai gulma, sedangkan saat menanam rumput mengapa tidak tumbuh jagungnya. Ini berarti setiap berbuat kebajikan pastilah selalu ada celah kekurangannya, entah itu hati yang riya’, komentar netizen yang sewot, tau lainnya. Tetapi jika berbuat keburukan tidak akan pernah ada kebaikaanya. So, teruslah berbuat baik, kalau tumbuh rumput (gulma) kita potong (ngaret) untuk makanan domba.


Selasa, 11 Juli 2023

GABUT XII; SLUKU BATHOK (SULUKAL BAQO)

Sampul Kitab Khazintul Asror Penernit Toha Putra

 

Musim liburan telah tiba, anak saatnya liburan sekolah juga liburan di pesantrenya. Sampai rumah seperti biasa saya meminta sesekali adzan di masjid. Saat pujian yang dilagukan adalah sluku-sluku bathok. Tembang lagu sluku-sluku bathok ini saat saya masih kecil saat diajari menyanyi sama orang tua juga diajari lagu sluku-sluku bathok ini.

Iramanya khas Jawa bahasanya sudah pasti juga memakai bahasa Jawa. Lagu ini rasanya tidak pernah hilang ditelan jaman. Setiap ada arransement baru pasti menarik walaupun sebenarnya lagunya lama, bahkan sangat lama sekali.

Saya kira lagu ini bukan hanya sekedar lagu. Tapi adalah lebih pada sebuah pembelajaran hidup di dunia. Sebuah Ilmu yang sangat mendalam tetapi dikemas dalam nuansa yang santai dan sangat menyenangkan. Mungkin para ulama terdahulu dalam berdakwah lewat budaya memakai kaidah berikut,
 
فاسلكي سبل ربك ذللا  
 
Dan tempuhlah jalan rabb-mu yang telah di mudahkan
 
Jika bisa dipermudah kenapa di persulit, mungkin itu yang membuat para wali menggunakan cara-cara dakwah yang asyik tanpa menghilangkan inti ajaran sesungguhnya. Dalam hal ini contoh tembang sluku bathok adalah tembang tasawuf yang sangat dalam inti ajaranya, akan tetapi di tangan para wali dengan indahnya di sampaikan dengan nada, dan lagu seakan terkesan lagu untuk permainan. Dengan cara yang luar biasa ini, sehingga mampu menarik hati, sehingga hati yang taslim siap menerima ajaran islam.
 
Tembang Jawa sluku bathok sebenarnya tembang tersebut memiliki makna yang luar biasa. Yakni tembang yang menceritakan tentang hubungan antara manusia dengan tuhannya, serta kewajiban manusia selama masih hidup. Sluku dari kata suluk, Sayyid Muhammad Haqqi an-Nazili menulis kitab Khazintul Asror dan di dalamnya ditemukan sebuah kata-kata yang sangat mirip bila disandingkan dengan syair tembang sluku bathok. Dan sebagian besar kitab tersebut banyak menjelaskan tentang ilmu haq filqolbi, seperti misalnya tentang dzikir dan tentang thoriqoh, seperti yang diterangkan tentang thariqah naqsabandiyah. Karena kitab ini diajarkan dalam Thoriqoh Naqsabandiyah.
 
Adapun syair tembang sluku bathok dan kalimat-kalimat syair yang ada di kitab khazinatul asrar tersebut ternyata mengandung makna filosofi yang tinggi, yaitu tentang cara atau jalan yang harus di tempuh untuk mendapatkan ilmu haq filqolbi.
 
SLUKU SLUKU BATHOK BATHOKE ELA ELO.
USLUK SULUKAL BAQO' BAQOO'UHU LAA ILAAHAILLALLOOH
 
“Menyelam lah (laku suluk dan Dzikir) dengan jalan Holwat dan uzlah. dengan terus menerus melatih dan melafalkan kalimah dzikir Laa ilaahaillalloh di lisan maupun di dalam hati (tentu dengan bimbingan seorang guru mursyid).
 
SI ROMO MENYANG SOLO OLEH OLEHE PAYUNG MOTHA.
SIRROMAA YASHILU ILALLOH FAHAYYUN LAAYAMUUT.
 
Dengan jalan suluk dan dzikir (uzlah dan khalwat) seperti itu, maka hati akan bisa selalu wushul kepada Allah selalu hidup tak pernah padam.
 
Kenapa demikian? karena khalwat dan uzlah adalah merupakan Jihad linafsih, dimana di dalamnya adalah bertapa tanpa aktifitas dunia, dan hati senantiasa berlatih konsentrasi kepada Alloh dengan bimbingan guru secara khusus. Sebagaimana dicontohkan Nabi Muhamad Saw, beliau bertapa di gua hira’.
 
MAK JENTIT LOLO LOBAH WONG MATI ORA OBAH
FAJADID LAHUL HUBBAH FABAATINUHU BIL MA'RIFAH
 
Dan dengan jalan suluk itu maka akan hadir di dalam hati kecintaan kepada Allah. Dan batin menjadi makrifat kepada Allah. Yaitu setelah seseorang melakukan khalwat atau uzlah maka dirinya akan merasakan di dalam hatinya sebuah perubahan yang sangat mendasar. Terutama mulai mengerti tentang siapa dirinya yang sebenarnya, dan siapa tuhan yang harus disembah sebenarnya. Dia akan dengan sendirinya mengalami perubahan tentang bertambahnya kecintaan terhadap tuhannya yaitu ditandai dengan memudarnya kecintaan yang berlebihan terhadap duniawi.
 
Perubahan itu terjadi karena kehendak Allah bukan karena keinginan nafsiah akalnya, mulai terbentuklah sifat kesabaran dan berkurangnya sifat amarahnya. Karena nafsu dihajar dengan puasa dan laku prihatin lainya. sehingga sampai terbukanya bashirah (mata ruhani) sehingga bila dilakukan dengan terus-menerus dan sabar maka dia akan masuk pada pintu makrifat billah. Tentu penjelasan ini tidaklah sesederhana ini dan juga tak serumit yang dibayangkan. karena keterbatasan ruang. karena ilmu ini bila dijabarkan maka takkan pernah ada batasnya, namun bila dijalani juga tak sesulit yang dijabarkan.
 
YEN OBAH MEDENI BOCAH YEN URIP GOLEKO DUIT
BAYYINUL MAHABBAH BIDAWAMIL MUROQOBAH BAYYINUL MA'RIFAH BIL BAQOOITTAFWIDZ
 
Perwujudan mahabbah/ kecintaan itu adalah hatinya akan selalu taqarrub kepada Allah. Dan perwujudan makrifat itu berubahnya diri menjadi pribadi yang lebih sempurna.
 
Begitulah, betapa luhurnya pesan yang termaktub didalam syair tembang sluku-sluku bathok ini. Walaupun tembang ini terkesan hanya sebagai tembang biasa, namun bila diambil hikmah dari isi kandunganya, maka sesungguhnya akan mengantarkan manusia itu menuju jalan Insanul kamil.
 
 
Diolah dari berbagai sumber



Selasa, 16 Mei 2023

GABUT XI; WULANG ONGKO

Keunikan angka dalam bahasa Jawa

Si Kecil yang selalu manja dan ingin selalu diperhatikan terutama ayahnya, kini tak terasa sudah memasuki usia 5 tahun dan sekolah di Taman Kanak-kanak. Waktu rasanya berjalan begitu cepat. Rasanya baru kemarin dia selalu kutimang-timang. Semoga kelak nanti menjadi anak yang solehah. Tantu itu harapan saya sebagai seorang ayah.

Saat memasuki anak perempuan yang menginjak lima tahun, jadi teringat sebuah filosofi bilangan angka jawa. Orang jawa untuk mengajari hidup dan apa yang harus dilakukan dengan penyebutan dalam angka. Pada usia tersebut apa yang ideal cukup dengan memahami penyebutan bilangan. Dalam pendidikan untuk belajar hidup tidak selalu dalam bentuk sebuah dalam penyampaian yang formal. Mari kita cermati angka-angka tersebut.

Welas

Setelah angka sepuluh atau sedoso dalam krama inggil dalam bahasa jawa yaitu sewelas atau setunggal welas, buka siji puluh atau setunggal puluh. Kata welas dalam bahasa Jawa digunakan untuk mengganti kata belas dalam bahasa Indonesia. Dua belas juga dibaca kaleh welas dalam bahasa Jawa untuk tata bahasa Jawa halus (kromo inggil), demikian seterusnya sampai sembilan belas dibaca songolas

Pemaknaan kata welas untuk menyebut angka sebelas hingga sembilan belas adalah sebuah simbol yang menggambarkan harapan. Harapan tentang manusia yang menginjak usia sebelas hingga sembilan belas tahun mengembangkan sifat welas asih (belas kasih) kepada lingkungannya. Mulai mengembangkan sifat peduli pada manusia di sekitarnya dan lingkungannya.

Likur

Setelah angka songolas angka rong puluh sedangkan kaleh doso untuk krama inggil. Untuk bilangan pada puluhan yang kelipatan sepuluh sampai empat puluh tidak ada perbedaan dalam penyebutan. Kembali ke angka rongpuluh selanjutnya akan kita temukan angka likur. Kata likur ini digunakan untuk menyebut angka 21 sampai 29. Angka 21 disebut selikur, angka 22 disebut rolikur dan seterusnya sampai 29 disebut songolikur

Aturan ini berlaku kecuali pada angka 25. Kata likur memiliki makna "lingguh kursi" yang artinya duduk di kursi dalam bahasa Indonesia. Kata ini memiliki makna bahwa ada harapan manusia dengan rentang usia 21 hingga 29 tahun seharusnya sudah memiliki jati diri dan mulai mencari kemapanan dalam pekerjaannya, termasuk dalam menjalani rencana kehidupannya di masa depan.

Selawe

Pada angka 21-29 ada yang unik dalam penyebutan. tidak lazim seperti yang lain yaitu angka 25 tidak mengikuti aturan likur. Angka 25 dalam penyebutan bahasa Jawa disebut dengan kata selawe. Makna selawe, memiliki arti "seneng-senenge lanang lan wedok" atau dalam bahasa Indonesia memiliki arti sedang senang dengan lawan jenis. 

Yang pria sedang di puncak asmara dengan perempuan, demikian pula sebaliknya. Sang wanita sedang memiliki keinginan yang tinggi untuk dilamar. Makna dibalik ini adalah pada usia 25 tahun, setiap manusia sudah sewajarnya memiliki pemikiran dan perencanaan untuk melakukan pernikahan. Setelah mapan atas pekerjaannya, pada usia ini setiap manusia diharapkan tidak memikirkan lagi diri sendiri, tapi membentuk sebuah keluarga.

Angka 25 dinisbatkan pada saat nabi Muhammada SAW mulai membina rumah tangga dengan Siti Khadijah dan saat itu beliau sukses dalam membangun ekonomi dengan berdagang.

Seket

Seperti halnya angka 21-29 ditengah-tengah ada penyebutan yang berbeda. Begitu juga untuk penyebutan angka kelipatan 10-90. di tengah-tengah atau angka 50 disebut seket. lalu untuk angka 60 juga berbeda yaitu sewidak karena juga memiliki filosofi tersendiri. Kata seket digunakan untuk menyebut angka 50. Kata seket ini memiliki arti "seneng kethonan" atau suka memakai kethu atau tutup kepala, topi, kopiah, udheng dan lain sebagainya. 

Pemaknaan dari kata ini adalah, di usia ini manusia diharapkan sudah menjadi dewasa dan memiliki pemahaman atas kehidupan. Jenis tutup kepala yang dulu ada di Jawa dikenal sebagai udheng. Nah, di Jawa sendiri beredar nilai budaya, untuk mereka yang ingin menggunakan udheng, diharapkan sudah mencapai taraf mudheng atau paham dalam bahasa Indonesia. 

Topi, kopiah, udheng disimbolkan sebagai sesuatu yang menggambarkan tingkat kebijaksanaan manusia. Sebagai seorang yang bijaksana, sudah menjadi hal yang wajar jika mereka kemudian membagi ilmunya kepada orang yang lebih muda. Itu harapan yang tebesit dari kata seket ini. Selain itu di usia ini, manusia diharapkan tidak berfokus pada mengumpulkan harta benda, tetapi fokus untuk menikmati hidup dan mengajarkan pemahaman tentang nilai kehidupan pada generasi di bawahnya.

Sewidak

Selain yang sudah disebutkan di atas kita akan menemukan angka 60. Angka 60 ini disebut dengan sewidak. Kata ini memiliki arti "sejatine wis wayahe tindak" atau jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti sudah seharusnya pergi. Kata pergi di sini memiliki arti meninggal karena faktor usia. Bukan berarti menusia yang sudah sampai di usia ini diharapkan meninggal, tetapi lebih kepada mengingatkan bahwa kematian sudah dekat. Diharapkan manusia yang sudah sampai di usia ini selayaknya berpikir tentang kebaikannya terhadap orang lain dan lingkungannya selama dia hidup. dan fokus pada amal untuk bekal menghadap sang ilahi.

Hal ini tidak didukung oleh sebuah teori kebudayaan Jawa, namun sudah beredar secara turun temurun dari generasi ke generasi.

Sabtu, 25 Maret 2023

GABUT X; KAWUNG

Foto: Semar dalam pewayangan selalu mengenakan batik motif kawung

Siang yang lumayan panas, bagi yang beraktivitas saat puasa ramadhan dan tetap kuat berpuasa saya yakin bisa menemukan esensi puasa. Saya sendiri belum tentu mampu, saya hanya fokus ibadah (baca: tidur, karena tidurnya orang puasa adalah ibadah). Sambil sayup-sayup terdengar suara lagu-lagu jawa dari suara radio tetangga. Saya ingat betul itu lagu sudah lama sekali. seingat saya dipopulerkan oleh Sang Maestro Waldjinah dengan judul tak lelo lelo ledung.

Tak Lelo Lelo Ledung

Tak lelo lelo lelo ledung
Cup menenga aja pijer nangis
Anakku sing bagus rupane
Yen nangis ndak ilang baguse

Tak gadang bisa urip mulyo
Dadiyo priyo kang utomo
Ngluhurke asmane wong tuwa
Dadiyo pandekaring bangsa

Wis cup menenga anakku
Kae mbulane ndadari
Kaya butho nggegilani
Lagi nggoleki cah nangis

Tak lelo lelo lelo ledung
Enggal menenga ya cah bagus
Tak emban slendang batik kawung
Yen nangis mundak ibu bingung

Tentu saja lagu ini mewakili isi hati para orang tua terutama ibu. Tapi pikiran saya langsung tertuju pada kata slendang batik kawung. Mengapa pencipta lagu ini memilih dengan jarik motifnya batik kawung bukan yang lain. mungkin selain untuk memperindah makna juga batik kawung punya makna yang indah.

Langsung ku pegang HP menulis batik kawung dan memilih pada gambar. Ternyata seringkali saya melihat motif batik ini. Mungkin bagi kita sangat tidak asing. Motif batik kawung dalam dunia pewayangan selalu digunakan Semar. Semr adalah sosok yang bijaksana dalam pewayangan.

Foto: Hasil gambar layar di handphone saat menelusuri "kawung"

Wayang bentuk yang kita kenal sekarang ini ada sejak zaman Sunan Kalijogo. Bisa jadi batik motif kawung ada sudah lama, bahkan bisa jadi ini merupakan salah satu batik tertua yang ada di Indonesia. Berdasarkan beberapa literatur motif batik ini pertama kali dikenal pada abad ke 13 tepatnya di pulau Jawa.

Motif Batik Kawung merupakan motif batik yang bentuknya berupa bulatan mirip buah kawung (kolang-kaling) yang ditata rapi secara geometris. Motif kawung bermakna kesempurnaan, kemurnian dan kesucian. Kawung berarti juga suwung, suwung berarti kosong, motif kawung menyimbolkan kekosongan nafsu dan hasrat duniawi, sehingga menghasilkan pengendalian diri yang sempurna. Kekosongan ini menjadikan seseorang netral, tidak berpihak, tidak ingin menonjolkan diri, mengikuti arus kehidupan, membiarkan segala yang ada disekitarnya berjalan sesuai kehendak alam. 

Selasa, 21 Maret 2023

GABUT IX; KEMBANG BOREH

Kembang Boreh

Bulan sya’ban dalam kalender hijriah, di Jawa dikenal nama sasi ruwah. Pada bulan ini tradisi bagi masyarakat Jawa adalah ziarah kubur ke makam-makam leluhur (keluarga yang sudah meninggal). Ada juga tradisi unggahan yaitu dengan sedekah diniatkan pahalanya untuk sanak saudara yang sudah meninggal.

Nama ruwah sendiri menurut Bahasa dari kata “meruhi arwah”. Sedangkan arwah  berarti jama’ dari ruh. Artinya ruwah merupakan bulan dimana berkirim doa kepada orang yang sudah meninggal.

Tapi sebagaian kecil masyarakat masih ada yang meragukan tentang boleh tidaknya amalan-amalan ini dalam kacamata agama. Saya juga tidak hendak membela baik yang membolehkan maupun yang melarang. Tapi saya lebih tertarik pada tradisi yang populer dengan istilah nyekar ini, dan saya juga melakukannya setiap tahun. Bagi saya perdebataan masalah ini sudah finis. Tidak perlu ada pembahasan lebih karena mayoritas ulama menganjurkanya untuk berziarah kubur. 

Kemarin saya nyekar ke makam-makam. Mumpung bulan sya`ban. Baik itu makam mbah-mbah dan juga para auliya’. Kebetulan lokasi makam mbah saya dan mbahnya istri lumayan jauh. Kami harus meluangkan waktu khusus sehari untuk nyekar. Karena jarak yang jauh dan melewati jalanan yang jauh kalau pas melewati makam para auliya’ mampir juga untuk ziarah sekaligus istirahat.

Saat nyekar atau ziarah juga tidak lupa membawa kembang boreh. Saat nyekar, kuburan dibersihkan, ditaburi kembang boreh setelah itu mendoakan almarhum agar dimaafkan segala dosa selama hidupnya.

Teringat saat ngaji dulu, berkaitan dengan hal ini, ada sebuah hadist nabi terkait dengan ini. Ada kisah ketika Nabi Muhammad SAW menancapkan pelepah kurma untuk meringankan siksa kubur yang dialami dua orang yang berbeda.

Hadist ini dari Ibnu Abbas ra, ia berkata, Bahwa nabi Muhammad SAW pernah melewati dua buah kuburan, lalu beliau berkata; "Kedua penghuni kubur ini sedang disiksa. Mereka disiksa bukan karena dosa besar melainkan karena dia tidak menyucikan diri dari kencingnya, sedangkan yang lain karena suka mengadu domba."

Kemudian beliau mengambil pelepah kurma basah dan membelahnya menjadi dua bagian. Masing-masing ditancapkannya di dua kuburan tersebut.

Para sahabat lantas bertanya, "Ya Rasulullah, kenapa engkau lakukan itu?" Beliau bersabda, "Semoga diringankan siksa kubur keduanya, selama kedua pelepah ini belum kering." (HR. Bukhari)

Islam di Indonesia, rasanya musykil menemukan pelepah kurma di Indonesia. Kemudian ulama nusantara mengganti dengan tumbuhan lain. Karena di Jawa, orang jawa segala sesuatu pasti dipenuhi dengan sarat dan simbol. Tentu saja ini dimanfaatkan untuk media dakwah para ulama nusantara. Maka pelepah kurma diganti dengan kembang boreh. 

Umumnya kembang boreh adalah campuran sejumlah kembang seperti mawar, melati, kantil, kenanga, dan daun pandan yang dibungkus daun pisang dan diolesi minyak wangi. Kalau pas beli kembang boreh kemarin isinya kembang kenongo, mawar, dan bermacam-macam bunga yang warna-warni. Masing-masing daerah ada beberapa perbedaan. Desa mawa cara, seje desa seje acara tetapi beberapa kesamaannya adalah ada kembang kenongo, mawar, dan minyak wangi, biasanya serimpi. 

Tentu ini ada maknanya, yang pertama kembang kenongo yang artinya keno ngono keno ngene ning ojo ngono (bisa seperti disana bisa seperti disini tetapi semua harus sesuai aturan). Kembang kenanga juga bisa diambil kata nganang yang berarti kapercayaan kalau pengeran iku ono, ora sare (Tuhan itu ada dan tidak pernah tidur). 

Sedangkan kembang mawar berarti mawarno-warno (berwarna-warni perlambang kehidupan) bahwa manusia itu banyak macamnya (prilakunya). Kembang mawar diartikan juga mawiarso: niat sing apik ben tumindak e apik (niat yang bagus biar perbuatan kita juga bagus). 

Mawar yang digunakan biasanya berwana merah, saat kembang mawarnya habis biasanya sama penjualnya akan diganti dengan kembang yang warnanya juga merah yang melambangkan darah. Darah yang mengalirkan saripati makanan ke seluruh tubuh, manusia harus seperti darah mempunya manfaat untuk semuanya.

Dan tentu kembang boreh di taruh ditabur di dekat maesan, biar saat nyekar selalu ingat tentang sangkan paraning dumadi. bagi yang belum tahu sangkan paraning dumadi sebenarnya adalah arti dari inna lillahi wa inna ilaihi roji`un