Sabtu, 21 September 2024

Healing 4; Masjid Agung Demak Bintoro

 

Foto di atas sebenarnya saya tidak sendiri, walaupun gambarnya sendiri tentu ada yang memfotokan. Tentu saja itu istri tercinta yang menjepret. Kalau dilihat dari bangunan sudah bisa di ketahui dimana letaknya. Sengaja foto juga saya crop bagian bawah karena sarung menceng alias tidak presisi.

Saat jalan-jalan bersama istri di masjid agung Demak, tentu bernostalgia dulu saat masih pacaran. Saya mengklaim gaya pacaran kami sangat islami. Setiap kali janjian ketemu pasti jamnya tepat sebelum masuk sholat dan janjian di sebuah masjid. Ketika sudah sampai masuk waktu sholat. Muadzin akan mengkumandangkan adzan.

Nah setelah itu ikut sholat berjamaah, ketika selesei langsung saja tidak lupa makan bareng. Biasanya paling sering makan bakso berdua sambil bercerita mimpi-mimpi masa depan yang indah. Setelah baksos habis kemudian pulang.

Sampai saat ini biasanya saat healing bareng-bareng keluarga kecil, masih menjadi kebiasaan jalan-jalan nyarkub nyantai, dan tentu akan beristirahat di masjid-masjid yang kian hari kian indah.

Dan kali ini sebenarnya tidak berdiri tetapi satu rombongan menghadiri haul sang guru Almaghfurllah KH. Ahmad Muthohar Allahu yarham di Mranggen Demak, tepatnya di pondok pesantren Darul Ma’wa (Futuhiyah ndalem) Mranggen Demak. Tentu sengaja datang lebih awal biar bisa mampir ke masjid Agung Demak sekaligus biar bisa nyarkub di Makam Raden Patah.

Masjid Agung Demak dan Saka Tatal

Yang saya tahu Masjid Agung Demak salah satu masjid tertua di Indonesia. Bahkan bisa jadi masjid yang pertama kali berdiri secara resmi dalam peradaban Islam di Jawa. Masjid Agung Demak adalah pusat kerajaan Demak Bintoro. Makanya tak heran jika di Masjid Agung Demak terdapat komplek pemakaman raja pertama kerajaan Demak Bintoro yaitu Raden Patah. 

Menurut sumber lain gelar dari raja Demak pertama adalah Kanjeng Sultan Syah Alam Akbar Sirrullah Kalimatul Rasul Amiril Mukminin Sirajudin Kamitan. Patah berasal dari kata bahasa arab fattah yang berarti pembuka. Karena akan membuka beridirinya kerajaan Islam di Jawa.

Saat membangun masjid Demak, layaknya bangunan jawa, ada yang khas yaitu saka guru yang berjumlah empat. Empak saka guru merupakan penyangga utama bangunan. Kalau Tajug Loro (joglo) biasanya para bangsawan yang punya karena luas dan untuk tempat belajar ilmu dan musawarah. Sedangkan Tajug lebih di gunakan untuk bangunan Masjid atau tempat suci. Dan saat proses pembangunan kurang satu. Proses pembuatan saka guru diserahkan kepada para wali saat itu. Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Gunung Jati, dan Sunan Kalijogo.

Sakaguru Masjid Agung Demak ceritanya sudah sangat melegenda. Empat saka guru versi para wali saat adalah empat pedoman hidup manusia yaitu Alquran, Hadist, Ijma’, dan Qiyas. 

Cerita menarik dari Masjid Agung Demak adalah tentang cerita saka tatal. Saka tatal adalah bentuk dari karamah dari Sunan Kalijogo. Saat itu saka guru kurang satu kemudian Sunan Kalijogo mengumpulkan ranting-ranting dan serpihan kayu di jadikan satu dan di ikat, kemudian Sunan Kalijogo berdoa dan jadilah kayu besar yang kuat dan utuh. Tetapi Berdasarkan cerita dari Babad Demak, saka tatal dibuat dari serpihan kayu dengan cara dipasak dan diikat menjadi batang tiang besar menggunakan perekat damar. 

Kalau membicarakan Masjid Agung Demak tentu tidak aan ada habisnya, menurut saya Masjid Agung Demak adalah Masjid Seribu Cerita.


 
Demak, 16 September 2024M/ 12 rabiul awal 1446H

Jumat, 30 Agustus 2024

REFLEKSI (DI) BULAN AGUSTUS

 


Tak terasa bulan agustus sudah berada di penghujung. Tentu kalau berbicara bulan agustus yang teringat bagi kita semua adalah hari kemerdekaan Indonesia. Tentu saja acara peringatan hari kemerdekaan bangsa ini akan berfokus dan akan selalu di adakan semeriah mungkin. Ini salahsatu rasa hormat dan rasa nasionalisme untuk negeri tercinta ini. Walaupun saya bersama sahabat-sahabat saya berencana akan mengadakan kegiatan peringatan di hari kemerdekaan di bulan September karena semua berfokus pada kegiatan yang sudah diadakan oleh instansi dan lembaga lain di bulan agustus

Kita semua tidak merasakan panahnya timah panas menembus tubuh kita, sakitnya tusukan pedang mengenai dada kita. Dan kita tidak merasakan betapa hati rasa ketakutan setengah mati hanya dengan semangat jihat berada digaris terdepan dengan bambu runcing melawan melawan Kolonial Belanda dengan senjata meriamnya. Tapi komitmen sebagai anak bangsa ikut menjaga dan memeriahkan kemerdekaan tentu salahsatu wujud dari rasa cinta kita.

Dari semua acara peringatan kemerdekaan mulai dari panjat pinang, Tarik tambang, voli terpal, sepakbola daster dan juga sarung, dan segala jenis kegiatan saya merasakan dan mengamati hanya pawai kebudayaan yang paling ramai dan banyak penontonnya.

Saya bukanlah pecinta pawai kebudayaan yang setiap ada even pawai kebudayaan akan selalu menghadiri untuk melihatnya. Tapi hanya yang yang terjangkau dan ada waktu dan yang terpenting bagi saya menarik, baru saya akan meluangkan waktu untuk menonton. Kadang saya tidak sengaja saat perjalanan ada pawai sering saya berhenti sebentar menikmati suasana keramaian pawai. Kalau menarik saya menonton lebih lama. Kalau menurut saya hanya monoton ya saya teruskan perjalanan. Tapi yang terakhir ini yang sering saya alami. hihihi

Acara pawai kemerdekaan, tentu acara ini panitia berbeda-beda sebagai pelaksana, ada yang tingkat kabupaten, kecamatan, bahkan desa. Untuk di desa tentu pesertanya adalah di tingkatan rukun tetangga (RT) Saya mencoba untuk mengobrol setiap bertemu dengan orang yang saya temui ketika mereka antusias ngomong tentang ini. Hasil kesimpulan saya ternyata banyak anggapan masyarakat bahwa rasa nasionalisme hanya ditentukan partisipasi keikutsertaan di pawai kebudayaan. Pernah saya ngobrol dengan salahsatu orang, pas pelaksanaan pawai orang tersebut tidak bisa ikut karena sesuatu hal tidak bisa di tinggal, akhirnya tetangga mengucilkannya dan menuduhnya tidak punya rasa nasionalisme

Tapi pandangan pribadi saya untuk mengisi kemerdekaan yang paling utama dimulai dari kita sendiri untuk menjadi lebih baik. Itu pandangan pribadi saya lo ya…

Sound Horeg dan Pargoy

Sound Horeg dan pargoy ibaratnya dua sisi mata uang, jika ada pawai keduanya selalu melekat. Sebelum berbicara lebih lanjut kita simak dulu ulasan sound horeg dan pargoy. Pertama sound horeg, Menurut Kamus Bahasa Jawa-Indonesia (KBJI) oleh Kemendikbud, kata horeg memiliki arti bergerak atau bergetar. horeg merupakan sebuah istilah yang berasal dari bahasa Jawa kuno. Istilah horeg memiliki arti gempa atau berguncang. sound horeg merupakan sebuah fenomena yang berkembang di kalangan masyarakat dengan memanfaatkan alat penghasil suara dengan volume yang cenderung tinggi.

Kedua pargoy, Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata pargoy tidak dapat ditemukan. Istilah ini muncul dari bahasa gaul yang dipakai dalam obrolan di masyarakat dan media sosial. Tapi berdasarkan ilmu otak-atik-gatok dan meneurut teman pargoy singkatan dari Party goyang. joget pargoy ini ditandai dengan goyangan menonjolkan kelenturan tubuh yang diiringi musik remix DJ.

Pawai dengan dengan penampilan ini tentu saja menjadi pro dan kontra di tengah masyarakat. Bahkan beberapa ada yang mengatakan perlu ada aturan jam dan spesifikasinya agar tidak membuat kegaduhan atau minimal tidak menggagu yang kurang menyukai tentang hal ini.

Bukan saya anti dengan sound hereg dan juga pargoy dalam setiap pawai kebudayaan. Tapi saya lebih sepakat dengan yang di atur tadi. Agar semua tidak ada yang merasa dirugikan dan tetap terwadahi. Apalagi kalau dalam pawai hanya menampilkan sound horeg dengan jogetannya tanpa tema. Dan untuk tahun ini yang saya lihat hamper 90% jenis pawai yang seperti ini. Adapun yang bertema hanya sedikit itupun dari lembaga pendidikan.

Tapi harus seperti itu karena membawa nama lembaga pendidikan. Yang menurut saya unuik adalah ketika walau tetap memakai sound horeg tapi kapasitasnya di atur sedemikian rupa agar tidak membuat dada sesak ketika dekat. Dalam pakaian juga lebih bertema misalnya kerajaan Indonesia dahulu, adajuga para pejuang. Lagu juga tidak melulu music DJ. Ada juga walapun tanpa menghilangkan jedug-jedug juga memutar lagu-lagu daerah, perjuangan, dan juga lagu budaya asli Indonesia. Kadang masih diselingi tearikal tentang perjuangan para pahlawan, ada juga yang memberikan tetrikal sumpah palapa Gajah Mada. Tentu dengan seperti ini saya mengapresiasi yang sangat dalam.

Ada juga yang kadang bikin jengkel, bukan saya menganggap diri ini sok suci. Naluri kelelakian, tentu mata akan dimanjakan mungkin dengan model pargoy yang ada dancer dengan pakaian seksi. Tapi saya sendiri kadang juga bingung, pernah saat buka facebook ada video yang menampilkan Pawai dengan sound horeg, tentu dengan pargoy yang ada dancernya memakai baju kebaya, tapi bawahan pakai celana pendek dan dibalut kain batik yang sama pendeknya dengan celana.

Bahkan yang meprihatinkan ketika ada yang nyawer dengan cara memasukan uang di dalam celana bagian paha. Dan yang bikin bingung sang dancer sangat senang dan malah tertawa. Saya tidak tahu ini masuk kategori pelecehan terhadap perempuan atau bukan? Dan yang lebih membingungkan adalah banyak anak-anak kecil yang melihat itu semua.

Pemahaman Islam dan Budaya Arab

Untuk sub bab ini lebih detai dari yang awal. Ini lebih mengerucut pada pawai kebudayaan yang di lingkup lembaga pendidikan. Yang meneurt hemat saya lebih menarik dan lebih edukatif karena tidak hanya sekedar hiburan. Inipun masih ada beberapa catatan, dan catatan ini bisa dikatakan sebagai bahan evaluasi dan kritik terhadap pemahaman agama terutama Islam.

Sebenarnya pemahaman Islam dalam lembaga pendidikan bisa dilihat jika ada pawai yang menampilkan tema agama. Yang saya amati dari pawai tahun ini, jika ada lembaga pendidikan jika bertema tentang Islam, ada juga busana berjubah untuk laki-laki, dan memakai pakaian gamis yang serba hitam dengan di ikat sorban di kepala. Kalau mengamati lebih pasnya bukan budaya ala Islam tetapi budaya timur tengah.

Tentu beda antara ajaran Islam dan Budaya timur tengah. Masih banyak persepsi Islam berarti timur tengah, padahal memakai sarung dan baju surjan serta blangkon itu bagian dari Islam. Bahkan dulu orang-orang islam di Nusantara ya tidak lepas dari itu semua. Tentu tidak semua berpemahaman seperti ini. Untuk sekolah-sekolah yang berbasis agama (Islam) dalam hal pawai sudah bisa memahami antara Islam dan budaya sehingga dalam menampilkan dalam pawai sudah bisa mengakulturasi ketika dengan budaya Indonesia dan menyesuaikan.

Dan rata-rata penampilan dengan tema Islam sama dengan budaya arab berada pada sekolah-sekolah umum. Tentu ini menjadi pekerjaan rumah bersama.

 

Blitar, 30 Agustus 2024

Kamis, 30 Mei 2024

Tentang "Kepada Noor"



Mungkin saya, bagian orang yang terlambat mengetahui lagu viral yang dinyayikan Panji Sakti yang berjudul “Kepada Noor”. Malam itu belum bisa tidur ku buka Instagram ada sebuah story foto yang backsoundnya lagu ini. Karena suasana malam yang sangat hening, lagu yang bikin tenang dan merinding dan mengingat tentang kerinduan kepada Tuhan.

Kuulangi terus-menerus tanpa bosan, akhirnya saya baca tulisan kecil keterangan dari backsound tersebut, tertulis Panji Sakti, Kepada Noor. Langsung ku buka youtube dan ku ketik kepada noor munculah lagu tersebut dan kuputar versi lengkapnya.

Benar-benar merinding mendengarnya, apalagi ada lirik yang menurut saya seperti mantra sangat membius.

Kepada Noor

Seperti burung yang sedang membuat sarang
Dari rumput dan ilalang
Kususuri setiap keindahan
Di wajah-Mu kusematkan


 Rindu adalah perjalanan mengurai waktu

Menjelma pertemuan demi pertemuan
Catatannya tertulis di langit malam
Di telaga dan di ujung daun itu


 Rindu mengekal menyebut nama-Mu berulang-ulang

Rindu mengekal menyebut nama-Mu berulang-ulang
Rindu mengekal menyebut nama-Mu


Kudalami lebih lanjut tentang lagu ini. Dan ternyata lagu ini adalah musikalisasi puisi, puisi yang ditulis oleh M. Syarif Hidayat untuk istrinya yang bernama Siti Nurbaya yang memang paggilannya Nur. Tetapi dalam ceritanya Panji sakti tergerak hatinya untuk menciptakan musikalisasi puisi ini karena ada dorongan rohani dalam memaknai puisi itu.

Mungkin bagi penulis puisi itu untuk istrinya tapi bagi panji Noor dimaknai bagi Noor sang pemilik semesta. Apakah hal itu salah? Tidak salah karena ketika sebuah karya puisi ketika sudah terpublish entah tercetak di media massa, buku, atau bahkan medsos. Interpretasi diserahkan kepada masing-masing pembaca.

Tapi bagi saya memang musikalisasi antara nada dan lirik sangat luar biasa. Bagi saya ini bukan sekedar musik biasa tapi ajaran sufi. Bagai kerinduan seorang hamba kepada penciptanya.


30 Mei 2024

Selasa, 20 Februari 2024

Singkong & Kesederhanaan


Singkong itu ajaran tentang kesederhanaan. Singkong itu bisa eksis di mana saja. Tapi tetap rendah hati, tetap tak mau menampakkan buahnya. Singkong tetap tumbuh di kala panas atau hujan. Tetap tegar dan menebar manfaat.

Sabtu, 03 Februari 2024

Mulutmu Dirimu


Semua perkataan yang terlontar dari mulut manusia menunjukan kepribadian dan prilakunya.

Sabtu, 27 Januari 2024

Rabu, 17 Januari 2024

Secangkir Kopi Hitam III


Bulan sabit menampakan sinarnya di pintu rumahku

Seakan mengucapkan salam "Assalamu'alaikum"

Aku pun mempersilahkan masuk

Ku buat secangkir kopi hitam

Kitapun berdiskusi tentang alam

Tentang sejarah kehidupan

Tentang kekuasaan

Namun semua tak ada yang lebih penting

Selain rasa kemanusiaan


15 Januari 2016

Sabtu, 13 Januari 2024

HEALING (3); NGARET

Deandles saat usia 7 bulan

Sebenarnya konteks tulisan ini agak terlambat jika ditulis sekarang. Karena memang tulisan ini seputar tentang peringatan kemerdekaan Indonesia. Ide tulisan ini juga muncul di bulan Agustus tapi belum sempat menuliskannya karena memang kesibukkan yang sangat padat merayap. Dan saya juga harus berpura-pura sibuk supaya dianggap seperti orang penting.

Ini alasan yang tepat untuk alibi saat mempublish tulisan ini. Tapi melihat fenomena masyarakat yang bulan September masih banyak yang merayakan kemerdekaan Indonesia maka saya lanjutkan tulisan tentang peringatan kemerdekaan ini.

***

Lihatlah terlebih dahulu gambar paling atas dengan seksama dan dalam tempo yang tidak terbatas, tetapi jangan seperti bercermin. Ini adalah salah satu hewan yang setiap hari harus saya urusi. Harus saya manjakan setiap harinya. Kasih makan minum, bahkan kadang saya masakan khusus untuk si doi.

Tubuhnya putih, besar dan galak. Bagi seusianya badanya termasuk kategori bongsor. Saat bulan agustus kemarin usianya masih 7 bulan. Bahkan dengan punya tetangga yang usianya diatasnya masih besar si doi. 

Orang menyebutnya berjenis cross texel. Ada cross karena persilangan dengan jenis lokal agar mampu beradaptasi dengan iklim dan cuaca di Indonesia. Domba jenis texel sebenarnya jenis ini dari Belanda. Pemberian nama texel sesuai dengan daerah asalnya yaitu, Pulau Texel di Belanda yang tepatnya di Provinsi Noord Holland.

Saya mulai mengadopsinya tepat pada tanggal 17 Agustus bulan lalu. Tepat saat HUT RI, kemudian saya memberinya nama si doi yaitu Deandels. Karena adanya kesamaan atau kemiripan, sama-sama galak. Sama-sama dari belanda. Sama-sama bertubuh tinggi besar. Dan yang terpenting sama-sama yang memberinya penghidupan adalah orang-orang pribumi nusantara. Kalau Deandels penjajah dulu dihidupi oleh para rakyat jaman dulu, sedangkan Deandels si doi dihidupi juga oleh orang nusantara masa kini, ya saya ini.

Itung-itung sambal mengingat perjuangan bangsa ini saat masa penjajahan Belanda. Mungkin sudah banyak yang lupa siapa itu deandels, atau mungkin malah tidak tahu. Jangan bilang dulu saat pelajaran sejarah pas tidak masuk sekolah karena alasan tertentu, sakit misalnya.

Nama lengkapnya Herman Willem Deandels. Walaupun orang Belanda tetapi Deandels bukanlah orang nya kerajaan Belanda tetapi ia adalah orang kepercayaan Napoleon Bonarparte. Saat itu belanda sedang dikuasai Perancis dan deandels memang dari awal orang yang tidak membelot dari belanda dan ikut bergabung dengan Perancis. Saat Napoleon menyerang Belanda dan Kerajaan Belanda kalah kemudian meminta bantuan ke kerajaan Inggris, Deandels di beri jabatan sebagai Gubernur Hindia-Belanda nama Indonesia saat itu.

***

Setiap sore hari, saat matahari sudah mulai redup di ufuk barat. Tugas rutin adalah harus ngaret mencari makanan untuk Deandels. Suasana desa sangat khas memberikan ketenangan tersendiri suara angain disertai buru-burung liar menambah suasana lebih damai. Anak-anak ramai bermain layang-layang. 

Dalam ngaret ada hal yang menarik tentang rumput. Pak Tani menanam jagung tumbuhlah rumput sebagai gulma, sedangkan saat menanam rumput mengapa tidak tumbuh jagungnya. Ini berarti setiap berbuat kebajikan pastilah selalu ada celah kekurangannya, entah itu hati yang riya’, komentar netizen yang sewot, tau lainnya. Tetapi jika berbuat keburukan tidak akan pernah ada kebaikaanya. So, teruslah berbuat baik, kalau tumbuh rumput (gulma) kita potong (ngaret) untuk makanan domba.


Selasa, 11 Juli 2023

GABUT XII; SLUKU BATHOK (SULUKAL BAQO)

Sampul Kitab Khazintul Asror Penernit Toha Putra

 

Musim liburan telah tiba, anak saatnya liburan sekolah juga liburan di pesantrenya. Sampai rumah seperti biasa saya meminta sesekali adzan di masjid. Saat pujian yang dilagukan adalah sluku-sluku bathok. Tembang lagu sluku-sluku bathok ini saat saya masih kecil saat diajari menyanyi sama orang tua juga diajari lagu sluku-sluku bathok ini.

Iramanya khas Jawa bahasanya sudah pasti juga memakai bahasa Jawa. Lagu ini rasanya tidak pernah hilang ditelan jaman. Setiap ada arransement baru pasti menarik walaupun sebenarnya lagunya lama, bahkan sangat lama sekali.

Saya kira lagu ini bukan hanya sekedar lagu. Tapi adalah lebih pada sebuah pembelajaran hidup di dunia. Sebuah Ilmu yang sangat mendalam tetapi dikemas dalam nuansa yang santai dan sangat menyenangkan. Mungkin para ulama terdahulu dalam berdakwah lewat budaya memakai kaidah berikut,
 
فاسلكي سبل ربك ذللا  
 
Dan tempuhlah jalan rabb-mu yang telah di mudahkan
 
Jika bisa dipermudah kenapa di persulit, mungkin itu yang membuat para wali menggunakan cara-cara dakwah yang asyik tanpa menghilangkan inti ajaran sesungguhnya. Dalam hal ini contoh tembang sluku bathok adalah tembang tasawuf yang sangat dalam inti ajaranya, akan tetapi di tangan para wali dengan indahnya di sampaikan dengan nada, dan lagu seakan terkesan lagu untuk permainan. Dengan cara yang luar biasa ini, sehingga mampu menarik hati, sehingga hati yang taslim siap menerima ajaran islam.
 
Tembang Jawa sluku bathok sebenarnya tembang tersebut memiliki makna yang luar biasa. Yakni tembang yang menceritakan tentang hubungan antara manusia dengan tuhannya, serta kewajiban manusia selama masih hidup. Sluku dari kata suluk, Sayyid Muhammad Haqqi an-Nazili menulis kitab Khazintul Asror dan di dalamnya ditemukan sebuah kata-kata yang sangat mirip bila disandingkan dengan syair tembang sluku bathok. Dan sebagian besar kitab tersebut banyak menjelaskan tentang ilmu haq filqolbi, seperti misalnya tentang dzikir dan tentang thoriqoh, seperti yang diterangkan tentang thariqah naqsabandiyah. Karena kitab ini diajarkan dalam Thoriqoh Naqsabandiyah.
 
Adapun syair tembang sluku bathok dan kalimat-kalimat syair yang ada di kitab khazinatul asrar tersebut ternyata mengandung makna filosofi yang tinggi, yaitu tentang cara atau jalan yang harus di tempuh untuk mendapatkan ilmu haq filqolbi.
 
SLUKU SLUKU BATHOK BATHOKE ELA ELO.
USLUK SULUKAL BAQO' BAQOO'UHU LAA ILAAHAILLALLOOH
 
“Menyelam lah (laku suluk dan Dzikir) dengan jalan Holwat dan uzlah. dengan terus menerus melatih dan melafalkan kalimah dzikir Laa ilaahaillalloh di lisan maupun di dalam hati (tentu dengan bimbingan seorang guru mursyid).
 
SI ROMO MENYANG SOLO OLEH OLEHE PAYUNG MOTHA.
SIRROMAA YASHILU ILALLOH FAHAYYUN LAAYAMUUT.
 
Dengan jalan suluk dan dzikir (uzlah dan khalwat) seperti itu, maka hati akan bisa selalu wushul kepada Allah selalu hidup tak pernah padam.
 
Kenapa demikian? karena khalwat dan uzlah adalah merupakan Jihad linafsih, dimana di dalamnya adalah bertapa tanpa aktifitas dunia, dan hati senantiasa berlatih konsentrasi kepada Alloh dengan bimbingan guru secara khusus. Sebagaimana dicontohkan Nabi Muhamad Saw, beliau bertapa di gua hira’.
 
MAK JENTIT LOLO LOBAH WONG MATI ORA OBAH
FAJADID LAHUL HUBBAH FABAATINUHU BIL MA'RIFAH
 
Dan dengan jalan suluk itu maka akan hadir di dalam hati kecintaan kepada Allah. Dan batin menjadi makrifat kepada Allah. Yaitu setelah seseorang melakukan khalwat atau uzlah maka dirinya akan merasakan di dalam hatinya sebuah perubahan yang sangat mendasar. Terutama mulai mengerti tentang siapa dirinya yang sebenarnya, dan siapa tuhan yang harus disembah sebenarnya. Dia akan dengan sendirinya mengalami perubahan tentang bertambahnya kecintaan terhadap tuhannya yaitu ditandai dengan memudarnya kecintaan yang berlebihan terhadap duniawi.
 
Perubahan itu terjadi karena kehendak Allah bukan karena keinginan nafsiah akalnya, mulai terbentuklah sifat kesabaran dan berkurangnya sifat amarahnya. Karena nafsu dihajar dengan puasa dan laku prihatin lainya. sehingga sampai terbukanya bashirah (mata ruhani) sehingga bila dilakukan dengan terus-menerus dan sabar maka dia akan masuk pada pintu makrifat billah. Tentu penjelasan ini tidaklah sesederhana ini dan juga tak serumit yang dibayangkan. karena keterbatasan ruang. karena ilmu ini bila dijabarkan maka takkan pernah ada batasnya, namun bila dijalani juga tak sesulit yang dijabarkan.
 
YEN OBAH MEDENI BOCAH YEN URIP GOLEKO DUIT
BAYYINUL MAHABBAH BIDAWAMIL MUROQOBAH BAYYINUL MA'RIFAH BIL BAQOOITTAFWIDZ
 
Perwujudan mahabbah/ kecintaan itu adalah hatinya akan selalu taqarrub kepada Allah. Dan perwujudan makrifat itu berubahnya diri menjadi pribadi yang lebih sempurna.
 
Begitulah, betapa luhurnya pesan yang termaktub didalam syair tembang sluku-sluku bathok ini. Walaupun tembang ini terkesan hanya sebagai tembang biasa, namun bila diambil hikmah dari isi kandunganya, maka sesungguhnya akan mengantarkan manusia itu menuju jalan Insanul kamil.
 
 
Diolah dari berbagai sumber