Langit berwarna biru didampingi awan putih yang lembut. Dan membentuk pola-pola tertentu serta menampakan keindahanya. Matahari dengan malu-malu bersembunyi di balik awan. Tapi sayang, keindahan di langit tak sebanding dengan dengan keindahan kota. Banyak terjadi kontradiksi. Di sudut kota banyakorang lalu lalang. Suara mobil dan motor menambah kebisingan di tengah keramaian kota yang penuh sesak dan udara yang panas.
Pada siang itu aku ke stasiun bermaksud menjemput teman lama yang datang dari luar daerah. Namanya Ibnu tapi biasanya teman-teman menyebutnya Pesos. Kami sudah lama tidak bertemu, semenjak lulus SMA. Kami hanya berkomunikasi lewat sms ataupun telepon. Seringkali juga kami berdiskusi melalui e-mail dengan mengirimkan tulisan hasil karya masing-masing.
“Tut….Tut…….” bunyi suara kereta api yang dari kejauhan yang perlahan-lahan suaranya mulai mendekat. Tak berselang berapa lama kereta api berhenti di stasiun. Oarng turun dengan keriuhan karena banyaknya penumpang. Aku kebingungan mencari wsampai kelelahan tetapi tidak ketamu juga. Dengan kelelahan kusandarkan tubuhku pada sebuah kursidengan wajah menunduk. Tiba-tiba ada suara sepatu mulai mendekat. Saat kepalaku menengadah ke atas ternyata teman yang kucari-cari menghampiriku.
“Assalamu ‘alaikum”
“wa’alaikum salam”. Tersentak aku langsung bangun lalu bersalaman dan memeluknya.
“wah..! ternyata kamu tetap saja seperti dulu”
“ya pastilah, lha wong aku tetap dilingkungan yang sama jadi tidak pernah lihat dunia luar jjadi kemungkinan untu berubah sedikit banget.”
Kemudian sambil berjalan berjalan menuju tempat parkir sepeda motor dengan berjalan kaki. Karena tempat parkir lumayan agak jauh, kurang lebih sekitar tiga ratus meter. Kami berjalan di trotoar pinggir jalan.
Ketika mulai berjalan Ibnu tiba-tiba berhenti dan diam sambilmenggeleng-gelengkan kepalanya. Aku menduga ia melihat sesuatu. Ternyata benar dugaanku Ibnu melihat dipinggir stasiun ada sejumlah anak-anakmeminta kepada setiap orang yang melintas.
“Pak mohon keihklasanya pak. Saya dari belum makan, paklapar.. paka lapar”. Keluh anak-anak itu kepada setiap orang yangmelintas.
Tiba-tiba Ibnu bertanya kepadaku: “Bagaimana bunyi UUD 45 pasal 34 ayat 1aku lupa?”
“Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara”
“Lihat itu”. Tanganya sambil menunjuk di seberang jalan banyaknya rumah kardus yang didalamnya juga banyak anak-anak kecil yang menangis. Dan ibunya bingung untuk menenangkan anaknya agar tidak menangis.
“Negar ini aneh ya…!”
“Apanya yang aneh ?”
“Di UUD 45 pasal 34 sudah jelas berisi menuntut negara agar juga memperhatikan anak-anak terlantar dan fakir miskin tapi lihat anak-anak jalanan dan rumah-rumah kardus. Ternyata UUD hanya dijadikan simbol belaka.”
“Ada hal lain juga yang lebih anah kok tidak hanya itu. Jika ada pencurian ayam jika melapor polisi pasti akan kehilangan kambing, jika kehilangan kambing melapor juga pasti akan bertambah kehilangan sapi. Kalau yang ini lebih anehkan”.
“ya, itulah Indonesia”.
Ketika kami sedang enaknya ngobrol, tiba-tiba ada suara polisi dari belakang yang membuat kami kaget.
“Angkat tangan”.
tersentak kami langsung diam dan dan mengangkat tangan lalu menoleh ke belakang sambil mengeluh kepada polisi.
“Salah kami apa pak”.
Ternyata kami salah sangka dan kurang memperhatikan sekitar. Yang dimaksud polisi ternyata seorang pemuda yang sedang duduk di pinggir jalan sambilmembawa minuman keras, yang kebetulan duduknya dekat kami berjalan.
“pak polisi bikin kami kaget aja tak kirain kami, ternyata bukan malu pak kami dilihat orang banyak. Memang dia salah apa pak?”
“Maaf mas. Kalau kami membuat kaget. Pemuda ini telah menjadi incara kami di kepolisian karena berdasarkan bukti-bukti menjadi tersangka pencurian televisi di rumah tetangganya”. Jawab pak polisi dengan tegas sambil memasang borgor dan akan membawa pemuda itu.
Karena dalam keadaan mabuk pemuda ityu hanya bisa pasrah saat dibawa polisi sambil teriak-teriak.
“Ampun pak…ampun pak, saya tak bersalah saya hanya butuh uang untuk beli minuman ini pak. Saya tak punya pekerjaan makanya saya mencuri, ampun pak…”.
Dengan perasaan deg-degan kamilanjutkan ngobrolnya.
“Mungkin beberapa tahun lagi kita seperti pemuda itu menjadi pengangguran, karena setelah lulus sudah tidak ada kegiatan lagi sedangkan pekerjaab sangat sulit”.
“Kamu jangan pesimis dulu yang penting hari inikita belajar dengan sungguh-sungguh, punya integritas, dan loyalitas yang tinggi. Masalh lulus kita sudah siap untuk menjadi apapun biarpun itu seorang pengangguran, he….he….”.
“Iya pengangguran banyak acara”.
Serentak kai tertawa terbahak-bahak bersama-sama. Terik matahari mulai menyengat kulit Suasana pengap dan panas mulai menyerang suasana kota. Matahari pun tak malu-malu lagi menampakan dirinya.
“Suasana dikota ini kok jadi panas seingatku sewaktu SMA dulu suasana kota ini tidak panas”.
“Kok dikota tho, lha di desaku sekarang cuacanya juga panas tidak sejuk seperti dulu”.
“Kok bisa seingatku waktu SMA saat kau ajak kau ke rumahmu sejuk kan?”. Tanya Ibnu sambil keheranan.
“Mana mungkin ku lupa dulukan juga pernah main ke sawah trus kamu kecebur di sawah. Pada waktu itu juga ada pak dhe Saiman sedang membajak sawah yang ketawa terpingkal-pingkal ketika melihat mukamu yang penuh Lumpur, he…he…., kalu sekarang di desa uga sama saja suasananya panas. Sekarang orang desa maupun orangkota sama-sama tidak waras.Orang kota selau berbisnis dengan hutan ujung-ujungnya Illegal loging dan orang desa juga berpikiran jika tidak ikut-ikutan memcari rizki dihutan dengan menebang kayu yang ada ya tidak mendapat bagian dari kekayaan negeri ini. Lha tempatmu sendiri bagaimana?”.
“Ya ternyata sama saja”
“Kamu lihat orang itu ngak sih (jariku sambil menunjuk ke pinggir jalan) banyak gambar-gambar caleg promosiin diri sendiri banyak gambar-gambar berceceran merusak pemandangan jalanan. Kira-kira habis dana berapa ya semua ini??? Eh tu tempat parkirnya” kataku sambil merogoh saku mencari nomor parkir karena kami dah hamper sampai di tempat parkir.
“Kita nanti mampir dulu yak e SMA kita dulu ku kangen ingin melihat SMA kita dulu sambil bernostalgia”
“Ok bos”
“hari ini aneh ya….kita melihat anak yang meminta-minta yang harusnya sekolah, rumah kardus, ada pemuda yang tertangkap karena mencuri, entah ada apa lagi di tempat lain.”
“sebenarnya ini bukanlah hal aneh lagi karena hal ini tidak hanya kali ini saja tetapi setiaphari dan menjadi hal yang biasa karena tidak penangan yang serius dari pemerintah”
“O…gitu tho. Kapan ya ini akan berakhir?”