Bulan ke delapan dalam kalender masehi adalah bulan Agustus. Bulan agustus menurut orang Indonesia bulan yang istimewa. Bulan dimana bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaanya. Soekarno-Hatta menandatangani atas nama bangsa Indonesia dalam teks proklamasi yang di bacakan di jalan Pegangsaan Timur. no 56 jakarta*yang sekarang berubah menjadi jalan proklamasi.
Tahun-tahun berikutnya setiap bulan agustus pasti ada perayaan untuk memperingati hari kemerdekaan Indonesia. Mulai dari desa sampai kota, dari anak-anak sampai orang tua, pokoknya komplit. Kegiatanya pun bermacam-macam dari lomba panjat pinang, tarik tambang, balap karung, makan krupuk, meniup balon, dan masih banyak lagi jenis kegiatan yang diadakan oleh pemerintah dan masyarakat.
Sebenarnya dari satu bulan hanya satu hari yang ditunggu-tunggu dan yang paling special, yaitu tanggal 17 agustus. Pada hari ini seluruh bangsa Indonesia dari Sabang sampai Meraukeakan melaksanakan upara bendera Merah Putih. Upacara bendera ini sebagai wujud rsa bahagia dan penghormatan kepada para pahlawan. Ini merupakan bentuk bangsa ini dalam mengisi kemerdekaan.
Tapi alangkah lebih bijaksananya jika peringatan kemerdekaan tidak hanya dilaksanakan dengan upacara saja atau diwujudkan dengan segala sesuatu yang bersifat empiris. Alangkah bangga pahlawan-pahlawan bangsa seperti Soekarno, Hatta, Sjahrir, dan juga yang lainya jika peringatan kemerdekaan juga dibarengi dengan sikap bangsa yang merdeka. Bangsa yang merdeka itu bangsa yang mandiri tidak menyerahkan nasib hidupnya pada Negara lain. Agenda-agenda pembangunan dalam rangka mengisi kemerdekaan haruslah sesuai dengan kondisi bangsa ini dan tepat sasaran.
Teringat waktu sekolah yang selalu mengikuti upacara bendera merah putih 17 agustus, badanku harus tegap kata komandan upacara yang dari militer itu. Ketika matahari sudah menampakan sinarnya seakan juga bangga dengan Indonesia yang telah merdeka dari penjajah dan orang-orang di negeri ini yang selalu ingat kepada para pendahulunya.
Namanya upacara bendera merah putih, pasti bisa ditebak agenda utamanya adalah pengibaran sang saka bendera merah putih. Dan saat sang saka dinaikan selalu diiringi dengan nyanyian Indonesia Raya lagu kebangsaan Indonesia. Merah Putih adalah adalah warna bendera negaraku tercinta, Indonesia. Merah berarti berani, sedangkan putih berarti suci. Jadi saya juga ingin bertekat bahwa merah darahku, putih tulang. Berani dan suci jiwaku.
Rasa kebanggaan saat merah putih dikibarkan dan langsung disambut dengan nyanyia Indonesia Raya. Teringat wajah-wajah pahlawan bangsa dengan berani melawan penjajah. Dan sekarang ingin rasanya menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Indonesia tanah airku, tanah tumpah darahku.
Disanalah aku berdiri, Jadi pandu ibuku.
Indonesia kebangsaanku, bangsa dan tanah airku
Marilah kita berseru Indonesia bersatu
Hiduplah tanahku, hiduplah negeriku
Bangsaku, rakyatku,semuanya
Bangunlah jiwanya, bangunlah badanya…
Tiba-tiba rasanya ada yang aneh dalam pikiranku. Tapi ku piker-pikir apa yang aneh tak dapat kutemukan. Ku ulang lagi kalimat terkhir untuk meneruskan nyanyian Indonesia Raya.
Bangunlah jiwanya, bangunlah badanya…
Ah… rasanya masih ada yang aneh dalm pikiran ini. Ku ingat-ingat liriknya mungkin saja ada salah. Lalu kucocokan dengan tulisan yang ada dalam buku kumpulan lagu nasional. Ternyata liriknya juga tidak salah. Akhirnya ku ulang lagi untuk meneruskan menyanyikan lagu Indonesia sebagai wujud kebanggaan.
Bangunlah jiwanya, bangunlah badanya…..
Ah…lagi-lagi masih ada yang aneh dalam pikiran ini. Tapi kuteruskan sajasampai kahir dulu nyanyian Indonesia Raya.
Bangunlah jiwanya, bangunlah badanya
Untuk Indonesia raya…
Indonesia Raya.. merdeka, merdeka
Tanahku, negeriku, yang ku cinta
Indonesia Raya merdeka, merdeka
Hiduplah Indonesia Raya
Aku masih penasaran dengan apa yang membuatku merasa aneh saat menyanyikan lagu Indonesia Raya. Ku cermati lagi lirik Indonesia Raya.
Bangulah jiwanya, bangunlah badanya…
Akhirnya aku menemukan apa yang menyebabkan pikiranku merasa aneh. Kalimat “bangunlah jiwanya, bangunlah badanya” adalah pesan dari Wage Rudolf Supratman untuk bangsa ini dalam mengisi pembangunan setelah kemerdekaan Indonesia. Jika bangsa Indonesia Merdeka pertama yang dibangun adalah jiwanya bukan badanya. Mungkin yang menjadi pertanyaan adalah mengapa kok jiwa dulu bukan bangunlah politiknya, ekonominya, gedungnya tetapi yang pertama adalah jiwanya? Baru setelah itu badanya.
Mungkin berdasar sebuah pepatah WR. Supratman mengusulkan jiwanya dulu baru badanya, “Didalam Jiwa yang sehat terdapat badan yang kuat, tetapi di dalam badan yang kuat, belum tentu kalau jiwanya sehat”.
Ini merupakan refleksi bagi kita tentang orientasi pembangunan yang ada di negeri ini. Banyak hal-hal yang telah melenceng. Banyaknya kasus pencurian, perampokan, bahkan seluruh instasi pemerintah telah disarati dengan praktek korupsi merupakan bukti riil bahwa jiwa bangsa ini masih sakit belum sehat. Untuk itu perlu dibangun kembali.
Bapak WR. Supratman mungkin belum bisa tenang karena cita-cita atau fondasi dasar bangsa ini yaitu membangun jiwa dan badan yang seimbang bahkan telah dimanfaatkan oleh orang-orang yang berkepentingan.
Tahun-tahun berikutnya setiap bulan agustus pasti ada perayaan untuk memperingati hari kemerdekaan Indonesia. Mulai dari desa sampai kota, dari anak-anak sampai orang tua, pokoknya komplit. Kegiatanya pun bermacam-macam dari lomba panjat pinang, tarik tambang, balap karung, makan krupuk, meniup balon, dan masih banyak lagi jenis kegiatan yang diadakan oleh pemerintah dan masyarakat.
Sebenarnya dari satu bulan hanya satu hari yang ditunggu-tunggu dan yang paling special, yaitu tanggal 17 agustus. Pada hari ini seluruh bangsa Indonesia dari Sabang sampai Meraukeakan melaksanakan upara bendera Merah Putih. Upacara bendera ini sebagai wujud rsa bahagia dan penghormatan kepada para pahlawan. Ini merupakan bentuk bangsa ini dalam mengisi kemerdekaan.
Tapi alangkah lebih bijaksananya jika peringatan kemerdekaan tidak hanya dilaksanakan dengan upacara saja atau diwujudkan dengan segala sesuatu yang bersifat empiris. Alangkah bangga pahlawan-pahlawan bangsa seperti Soekarno, Hatta, Sjahrir, dan juga yang lainya jika peringatan kemerdekaan juga dibarengi dengan sikap bangsa yang merdeka. Bangsa yang merdeka itu bangsa yang mandiri tidak menyerahkan nasib hidupnya pada Negara lain. Agenda-agenda pembangunan dalam rangka mengisi kemerdekaan haruslah sesuai dengan kondisi bangsa ini dan tepat sasaran.
Teringat waktu sekolah yang selalu mengikuti upacara bendera merah putih 17 agustus, badanku harus tegap kata komandan upacara yang dari militer itu. Ketika matahari sudah menampakan sinarnya seakan juga bangga dengan Indonesia yang telah merdeka dari penjajah dan orang-orang di negeri ini yang selalu ingat kepada para pendahulunya.
Namanya upacara bendera merah putih, pasti bisa ditebak agenda utamanya adalah pengibaran sang saka bendera merah putih. Dan saat sang saka dinaikan selalu diiringi dengan nyanyian Indonesia Raya lagu kebangsaan Indonesia. Merah Putih adalah adalah warna bendera negaraku tercinta, Indonesia. Merah berarti berani, sedangkan putih berarti suci. Jadi saya juga ingin bertekat bahwa merah darahku, putih tulang. Berani dan suci jiwaku.
Rasa kebanggaan saat merah putih dikibarkan dan langsung disambut dengan nyanyia Indonesia Raya. Teringat wajah-wajah pahlawan bangsa dengan berani melawan penjajah. Dan sekarang ingin rasanya menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Indonesia tanah airku, tanah tumpah darahku.
Disanalah aku berdiri, Jadi pandu ibuku.
Indonesia kebangsaanku, bangsa dan tanah airku
Marilah kita berseru Indonesia bersatu
Hiduplah tanahku, hiduplah negeriku
Bangsaku, rakyatku,semuanya
Bangunlah jiwanya, bangunlah badanya…
Tiba-tiba rasanya ada yang aneh dalam pikiranku. Tapi ku piker-pikir apa yang aneh tak dapat kutemukan. Ku ulang lagi kalimat terkhir untuk meneruskan nyanyian Indonesia Raya.
Bangunlah jiwanya, bangunlah badanya…
Ah… rasanya masih ada yang aneh dalm pikiran ini. Ku ingat-ingat liriknya mungkin saja ada salah. Lalu kucocokan dengan tulisan yang ada dalam buku kumpulan lagu nasional. Ternyata liriknya juga tidak salah. Akhirnya ku ulang lagi untuk meneruskan menyanyikan lagu Indonesia sebagai wujud kebanggaan.
Bangunlah jiwanya, bangunlah badanya…..
Ah…lagi-lagi masih ada yang aneh dalam pikiran ini. Tapi kuteruskan sajasampai kahir dulu nyanyian Indonesia Raya.
Bangunlah jiwanya, bangunlah badanya
Untuk Indonesia raya…
Indonesia Raya.. merdeka, merdeka
Tanahku, negeriku, yang ku cinta
Indonesia Raya merdeka, merdeka
Hiduplah Indonesia Raya
Aku masih penasaran dengan apa yang membuatku merasa aneh saat menyanyikan lagu Indonesia Raya. Ku cermati lagi lirik Indonesia Raya.
Bangulah jiwanya, bangunlah badanya…
Akhirnya aku menemukan apa yang menyebabkan pikiranku merasa aneh. Kalimat “bangunlah jiwanya, bangunlah badanya” adalah pesan dari Wage Rudolf Supratman untuk bangsa ini dalam mengisi pembangunan setelah kemerdekaan Indonesia. Jika bangsa Indonesia Merdeka pertama yang dibangun adalah jiwanya bukan badanya. Mungkin yang menjadi pertanyaan adalah mengapa kok jiwa dulu bukan bangunlah politiknya, ekonominya, gedungnya tetapi yang pertama adalah jiwanya? Baru setelah itu badanya.
Mungkin berdasar sebuah pepatah WR. Supratman mengusulkan jiwanya dulu baru badanya, “Didalam Jiwa yang sehat terdapat badan yang kuat, tetapi di dalam badan yang kuat, belum tentu kalau jiwanya sehat”.
Ini merupakan refleksi bagi kita tentang orientasi pembangunan yang ada di negeri ini. Banyak hal-hal yang telah melenceng. Banyaknya kasus pencurian, perampokan, bahkan seluruh instasi pemerintah telah disarati dengan praktek korupsi merupakan bukti riil bahwa jiwa bangsa ini masih sakit belum sehat. Untuk itu perlu dibangun kembali.
Bapak WR. Supratman mungkin belum bisa tenang karena cita-cita atau fondasi dasar bangsa ini yaitu membangun jiwa dan badan yang seimbang bahkan telah dimanfaatkan oleh orang-orang yang berkepentingan.

