Sabtu, 07 Agustus 2010

NADANYA DI C TAPI BUNYINYA KOK DI Bb

“Dengan pikiran kita menemukan, dengan hati kita mengerti dengan perasaan kita merasakan, dengan kegagalan kita jadikan pengalaman.”


Tidak semua yang ada di dunia ini harus dipahami dengan pikiran. Kadangkala yang yang ada di dunia juga dipahami dengan perasaan. Memang seringkali saya mendengar bahwa kita ini beri pikiran yang harus digunakan berfikir, ya memang pikiran fungsinya berfikir. Berfikir itu pakai otak, Otak itu di kepala, kepla itu berada paling atas. Maka, pikiran adalah segala-galanya. Dan segala sesuatu yang ada di dunia harus dipahami dengan pikiran, baik yang material maupun yang abstrak.

Kiranya pemahaman seperti ini mulai sekarang perlu dirubah, karena perlu diketahui juga bahwa manusia selain diberi pikiran juga diberi perasaan, jika kita hanya menggunakan pikiran saja lalu apa fungsinya perasaan yang ada I hati??? Bukan setiap hari kita selalu kita selau memperingatkan diri kita sendiridalam sholat bahwa pikiran memang lebih dominant untuk memahami sesuatu Tetapi ada beberapa pelajaran yang dapat kita ambil pada saat ruku’ dan juga sujud. Pada saat ruku’ bukankah posisi otak dan hati itu sejajar, hal itu dapat diambil pelajaran bahwa bahwa pikiran dan perasaan juga dalam waktu-waktu tertentu harus digunakan bersama-sama secara sejajar. Demikian pula pada waktu sujud juga ada pelajaran yang dapat kita ambil, yaitu bahwa dalam waktu-waktu tertentu sesuatu itu hanya dapat dipahami dengan perasaan bahkan perasaan.

Misalnya dalam dunia seni, jika kita memahami dengan pikiran maka kita tidak akan menemukan nilai estetikanya. Tdtapi jika dipahami dengan perasaan maka kita dapat mengetahui nilai-nilai yang dimaksud yang ditampilkan dalam seni. Demikian halnya dengan bermain musik sesuatu hal yang mustahil jika nadanya di C tapi bunyinya Bb, kalaupun ada pasti ini tidak akan enak didengar walaupun pikiran kita merasa sudah pas tetapi perasaan tidak bisa dibohongi.

Dalam seni musik nada C tetapi suaranya kok Bb tidak akan terjadi, kalau itu terjadi pastialah ada yang aneh dengan alat musiknya atau yang bermain musik tidak bisa dalam bidang seni musik karena bagaimanapun kalau dipikiran pas pastilah di perasaan tidak pas, dan ini melanggar apa yang telah menjadi ketentuan pakem dalam teori bermusik.

Tetapi hal ini bukanlah hal baru dalam negara Indonesia negara tercinta ini. Orang-yamg tidak tidak bisa memehami dengan pikiran dan sesekali juga perlu dengan perasaan untuk memahami sesuatau ini alahkah baiknya jika dieliminasi saja terutama dalam system birokrasi di Nusantara ini karena orang-orang seperti inilah yang menjadi broker bangsa ini.

Kita dapat menemukan orang-orang sepeerti ini pada saat mendekati PILEG, PILKADAL, dan mungkin saja pada PILPRES. Perhatikan saja dengan seksama, mereka akan berdendang nada di C tetapi kok bunyinya di Bb.

Saya khawatir hal ini akan merambah tidak hanya di politik kancah daerah sampai nasional, tetapi juga merambah perpolitikan yang ada di desa lebih-lebih kalau di tingkat RT, he…he masak pemilihan RT saja seperti pemilihan presiden sampai ada intrik-intrik politik segala. Mau jadi apa masyrakat ini kalau tetap begini terus.

Tanpa perasaan kau telah melukai Indonesiaku. Tanpa perasan kautelah melukai bangsaku. Tanpa perasaan kau telah mengotori tanah airku. Tanpa perasaan kau telah menyiksa rakyatmu. Tanpa perasaan tanpa sadar kau telah melukai melukai Tuhanmu. Entah siapa lagi yang akan kau lukai……jika kau tidak memakai hatimu.