Orang Yang Sesat
Sesat merupakan kata yang menyimpan jutaan misteri. Sampai sekarang ini sesat itu belum mempunyai standar yang diakui secara universal, yang ada standar kesesatan hanya sebatas bagi kelompok-kelompok tertentu saja. Perlu adanya pemahaman tentang kesesatan itu sendiri lebih-lebih yang menyangkut aqidah, Karena setiap kelompok yang mempunyai aqidah yang berbeda pasti mengklaim bahwa aqidahnya yang paling benar sedangkan kelompok lainya adalah sesat. Apakah keyakinan dalam teologi-teologi agama selalu diajarkan bahwa keyakinanyalah yang paling benar sedang yang lain adalah sesat.
Jika membicarakan sesat dalam aqidah sulit untuk menemukan titik temu, dan sebenarnya yang dituju dari aqidah yang berbeda itu satu, yaitu memperoleh ridla Allah. Bentuk kesesatan tidak hanya dari bentuk aqidah tetapi juga tingkah laku manusia itu sendiri
Kebanyakan orang merasa paling hebat, paling benar, yang dianggap tokoh pun hanya diam saja saat melihat kedzaliman atau mungkin yang lebih parah dari itu. Itulah yang dimaksud orang-orang sesat. Orang yang sesat bukan orang yang dianggap bodoh tetapi orang yang nomor satu pun sering melakukan kesesatan. yaitu dari kalangan ulama, hal ini sebagaimana yang diungkapkan Imam Ghazali dalam kitab Ihya’ ‘ulumuddiin. Ulama dianggap sesat bila melihat kemungkaran, kedzaliman, ketidak adilan tidak mengingatkan, melurusakan, atau membela yang yang terdzalimi. Golongan ulama adalah golongan orang yang berilmu, artinya mereka yang mengetahui kebaikan dan keburukan, benar dan salah, manfaat dan mudlarat, ma’rifat dan tahu jalan menuju tuhanya. Tidak hanya itu saja sekarang banyak ulama dengan jubah da’inya sering melakukan penindasan dan pemerasan atas nama agama. Entah ini ulama’ asli atau hanya namanya saja ulama.
Adapun kriteria orang-orang yang sesat selain hanya diam ketika melihat kedzaliman adalah orang-orang yang hanya memikirkan dunianya, seperti uang, benda-benda yang mewah, prestis dari orang lain, tetapi jangan sampai juga hanya memikirkan akhirat saja sehingga melupakan hidupnya di dunia agar hidupnya mempunyai arti.
Bukan rahasia umum lagi kalau semua akan mati dan akan menempuh kehidupan yang kekal yaitu akhirat, dalam memahami arti hidup di dunia ada beberapa ayat al qur’an yang harus di tafsirkan secara teliti. Misalnya ayat yang artinya “kejarlah akhiratmu tapi jangan lupakan duniamu”. Dari ini jelas yang harus di dahulukan adalah akhirat, tetapi ada ayat lain yang biasanya digunakan seorang muslim dalam berdoa sehari-hari yang artinya “Ya Allah ya tuhan kami peiharalah hambamu ini kehidupan dunia dan dalam kehidupan akhirat dan jagalah dari api neraka”. Dan dalam ayat ini yang didahulukan adalah dunia dalam al quran janganlah secara parsial tetapi secara menyuluruh. Dari dua ayat tadi dapat disimpulkan bahwa dalam hidup di dunia jangan sampai melupakan akhirat dan juga jangan menyengsarakan diri hidup di dunia dengan hanya memikirkan hidup di akhirat. Kita harus ada keseimbangan memikirkan kedua-duanya.
Memang kehidupan akhirat merupakan kehidupan yang kekal, hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Q.S Al A’la:17 yang artinya”Dan kehidupan Akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal…”. Tapi sebelum hidup di akirat harus hidup di dunia dan jadikan hidup di dunia harus berusaha mewujudkan yang lebih baik, menjadikan hidup ini menjadi lebih berarti, punya makna baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain, baik bangsa dan agamanya.karena itu merupakan bekal untuk di akhirat. Dalam hidup harus berani menghadapi kenyataan bukan lari dari kenyataan. Semua orang akan mati dan mati merupakan suatu kepastian. Osama bin Laden mengatakan “Jika kematian adalah suatu kepastian yang ditentukan maka sungguh memalukan mati sebagai pengecut”.

