Misona, kata itu yang kau ucap saat kau menyebutkan namamu di siang itu. Pertemuan yang terjadi saat terik matahari menyinari bumi. Tak terasa dua tahun lebih kita saling mengenal sahabatku. Tentunya kau masih ingat, perkenalan kita tanpa di sengaja. Saat itu kau menganggap kita dalam satu wadah satu ikatan; Tanazaha. Padahal aku tak tahu sama sekali tentang ikatan itu. Bahkan dalam gambarpun aku tak pernah tahu pesantren Zainul Hasan yang sangat terkenal itu.
Misona, ini adalah adalah coretan dari tanganku yang kedua aku bercerita tentang dirimu. Ini sebagai ungkapan rasa terima kasihku kepadamu. Mungkin kau tak pernah tahu tentang hal ini.
Misona, walaupun kita terpisah laut, tapi kita tetap bisa saling berbagi. Tentang cerita-cerita kepahitan hidup. “Assalamu’alaikum, Kak bagaimana kabar pean” aku masih ingat tentang sms itu. Biasanya kau setiap sms seperti itu. Tapi setiap duka menimpaku kau seperti tahu, kau selalu menanyakan keadaanku dengan sms yang berbeda dan sedikit lucu. Dan itu sudah sedikit menghiburku. Terakhir saat aku benar-benar membutuhkan seorang sahabat tiba-tiba saja kau berkirim kabar dengan sedikit menyindirku. “Ass... Permisi kak.. numpang ngamen, balonku ada lima rupa-rupa warnanya, yang nulis mau nanya yang baca sedang apa??? zzzz” Saat membaca sms darimu aku merasa tersindir sekali, bagaimana hidup dan keceriaan seharusnya terus ada dalam jiwa seperti nyanyian itu. Dan memang saat itu aku lagi dalam keadaan bersedih. Tapi setidaknya ini cukup menghiburku.
Missona, pulau garam asalmu sekaligus tempat hidupmu. Seringkali kau bercerita tentang orang-orang di situ. Cerita tentang orang-orang terkenal seperti KH. Kholil Bangkalan, guru dari Hadratussyekh KH. Hasyim Asy’ari sampai orang kecil yang ada di situ yang bangkit dari keterpurukan.
Misona, seringkali juga kau ingatkan aku tentang nilai-nilai itu. Tentang akidah yang kita yakini sebagai kebenaran (Aswaja), tentang lirik-lirik lagu padang pasir yang kau suka, tentang-tentang segalanya.
Misona, maafkanlah aku. Dulu aku salah menilaimu. Tapi ternyata kau tidak seperti yang ku bayangkan. Dulu kau itu kuanggap kolot dan kaku. Tapi ternyata semua anggapanku itu terbantahkan sudah seiring berjalanya waktu.
Misona, terima kasih aku ucapkan kepadamu. Setiap kali diriku mulai teralienasi dari kehidupan seringkali kau datang dan memberikan nasehat-nasehatmu, entah itu lewat mimpi ataupun juga lewat tehnologi canggih masa kini. Yang tanpa tersekat oleh jarak.
Misona, kaulah sahabatku...
Blitar, 6 Maret 2012