Selasa, 07 Mei 2013

PUDAK; PESONA PERAWAN

**** 
Cari olehmu akan sahabat, yang bisa kau jadikan obat 
Barang siapa khianat akan dirinya, apalagi kepada lainnya 
Cari olehmu akan kawan, pilihlah orang yang setia kawan 
Kepada dirinya ia aniaya, orang itu jangan engkau percaya 

Dengan bapak janganlah durhaka, supaya Allah tiada murka 
Dengan ibu hendaklah hormat, supaya badan dapat selamat 
Dengan anak janganlah lalai, supaya boleh naik di tengah halai 
Dengan kawan hendaklah adil, supaya tangan jadi kabil 
*** 
Cari olehmu akan guru, yang beritahu akan seteru 
Tidak suka membenarkan dirinya, daripada yang lain dapat kesalahanya 
Cari olehmu akan abdi, yang baik akal juga budi 
Daripada memuji diri hendaklah sabar, biar daripada orang datangnya hampar 

Hendaklah berjasa kepada yang sebangsa 
Hendak berjasa kepada yang sebangsa 
Hendak jadi kepala apapun yang tercerah 
Hendak memegang amanah buanglah khianat 
Hendak marah dahulukan hujjah 
Hendak dimalui jangan memalui 
Hendak ramai, murah, dan terangkai 

*** 

Cari olehmu akan sahabat, yang bisa kau jadikan obat 
Orang yang suka menampakkan jasa, setengah daripada syirik mengaku kuasa 
Cari olehmu akan kawan, pilihlah orang yang setia kawan 
Kejahatan diri disembunyikan, kebaikan diri didiamkan

Raja mufakat dengan menteri, seperti kebun berpagar duri 
Betul hati kepada raja, tanpa jadi sembarang kerja 
Hukum adil atas rakyat, karena raja boleh hinayat 
Kasihkan orang pada yang berilmu, agar rahmad atas dirimu 
*** 

Gurindam 12 
((JHF) Ki Jarot Feat Soimah Pancawati, Poetri Radja Ali Haji 

Alunan musik yang kudengarkan di pagi hari yang penuh makna menemani ketika bangun tidur. Teringat hari minggu --- ada kegiatan rutin --- waktunya tidak bersantai, walaupun hari libur tetapi digunakan untuk olahraga. Suara musik dari handpone ku keraskan. Membuat lebih semangat lagi untuk segera mempersiapkan segala sesuatu yang diperidiksi saat nanti akan dibutuhkan. Karena saya sendiri sadar, tidak selamanya dalam setiap perjalanan itu akan lurus terus, ada belok, ada liku-liku, ada terjal, ada naik, ada turun, begitu juga dengan hidup. 

Semua peralatan sudah dicek, kondisi sepeda juga sudah saya cek kemarin sore, barang-barang dan peralatan juga sudah kupersiapkan. Semua kumasukan dalam tas. Kulihat jam dinding sudah menunjukan jam 05.10 WIB. Berarti sudah waktunya untuk berangkat. Dengan semangat kukeluarkan sepedaku, langsung kukayuh sepedaku menuju tujuan pertama.

Perjalanan

Sekitar jam 05.20 kami mulai berangkat dari lodoyo tepatnya Kelurahan Kedungbunder. Ada yang berbeda dengan perjalanan pagi ini. Kalau biasanya kami bersepeda hanya berkeliling dengan melewati rute yang berbukit-bukit tetapi berbeda. Ada sebuah tempat tujuan yang akan kami tuju. 

Jalan awal sangat landai kami mengayuh sepeda dengan kecepatan tinggi, setelah melewati jalan landai sekitar 2,5 km baru jalan mulai menanjak, yaitu biasanya orang menyebutnya dengan jalan Dogong. Jalan yang menanjak yang dilalui sangat menanjak, langsung saja untuk Gir Sepeda yang depan diposisikan di Gir 3 sedangkan yang belakang diposisikan di Gir 1 Pelan tapi pasti akhirnya kami bisa melewati tanjakan yang pertama. 

Selanjutnya terus saja sepeda digayuh dengan kecepatan lagi, jalan yang dilalui masih beraspal dan mulus. Dengan kecepatan tinggi kami masih kuat untuk menggayuh. Walaupun jalan naik-turun tetapi tidak terlalu tinggi. Setelah kurang lebih 15 menit dari tanjakan pertama kami sudah sampai di pasar Ngeni. Kami mampir di pasar sebentar sekedar untuk cari roti untuk di makan saat tiba di pantai nanti. Maklum, karena dari berangkat belum sarapan. 

Pasar Ngeni ke selatan sedikit terus belok ke timur. Kami lihat ke depan, terlihat jalan menanjak sangat tinggi, dengan tehnik yang sama seperti di tanjakan jalan Dogong langsung ku oper Gir depan dan belakang. Sedikit demi sedikit tanjakan ini akhirnya terlewati. Tak berapa lama ada pertigaan, di situ terlihat ada penunjuk jalan kalau jalan pantai belok ke kanan.

  

Setelah jalan berbelok kanan, baru rintangan dalam bersepeda mulai terlihat, jalan yang dulu aspal kini sudah rusak berat. Batu-batu besar berserakan di tengah jalan, perlu konsentrasi tinggi untuk bisa melewati medan ini. Tangan terus memegang rem setiap saat, karena jalan banyak turun dan jalan yang sangat terjal.

  

 Dengan susah payah terlewati juga jalan terjal, tetapi jalan terjal ini bukan akhir dari cerita perjalanan, setelah makin jauh kami menggayuh sepeda, terlihat ada ada sebuah bangunan yang bertulis papan informasi. Di depan ada sebuah spanduk yang bergambar pantai dan tertulis “10 Pesona Pantai”. Kami meneruskan perjalanan. Jalan yang terakhir ini sangat luar biasanya terjalnya. Tidak hanya naik turun, tetapi jalan yang sangat terjal dan penuh liku-liku. Sampai kurang lebih 3 kilometer kami harus bisa melewati ini. Jalan yang sangat berbatu dan jalan yang sama sekali belum pernah tersentuh oleh pembangunan.

  

Dengan bercucuran keringat yang terus mengalir sampai juga kami di bibir pantai, sebagai simbolis langsung ku angkat sepedaku sebagai pengganti tropi atas apa yang telah dilalui melewati perjalanan yang penuh cerita.  

Pesona Pantai Perawan 

Bersih, itulah kesan pertama ketika sampai di Pantai Pudak. Tidak terlihat satupun sampah anorganik berserakan di pantai. Pasir yang berwarna putih dan sangat lembut. Pemandangan yang indah, lautnya berwarna sangat biru karena karang yang pendek dan lautnya langsung ke palung laut. Ombaknya sangat besar, dan bisa dimaklumi laut pantai ini adalah bagian dari Samudra Hindia. 

Ibarat wanita, pantai ini adalah perawan bunga desa yang sangat galak. Cantik tetapi galak. Cantik, ketika setiap orang melihat pasti jatuh cinta seperti bunga desa. Galak karena medan yang dilalui sangat bisa membuat orang berkesan dan penuh cerita. 

Dan tak perlu saya harus bercerita panjang karena saya langsung narsis ria, berpose yang saya suka setelah istirahat beberapa menit.


Memory 5 May 2013