Dalam sejarah kehidupan manusia mulai dari yang paling primitif (purba) sampai paling modern, manusia telah melewati dua zaman yaitu zaman prasejarah dan zaman sejarah.
Zaman prasejarah adalah zaman atau era dimana manusia belum mengenal tulisan. Zaman sejarah adalah zaman atau era dimana manusia sudah mengenal tulisan.
Zaman sejarah adalah zaman atau era dimana manusia sudah mengenal tulisan.
Kalau Anda tidak mengenal tulisan berarti Anda masuk kategori manusia prasejarah. Saat itu dalam sejarah dikenal dengan ada homosapiens, phitecantropus erectus, wa ala alihi wa ashabihi dan Anda adalah bagian darinya yang harus dilestarikan. Anda adalah bagian dari fosil-fosil hidup zaman modern. Maka beruntunglah Anda yang sudah mengenal dunia literasi di zaman modern.
Kalau boleh saya simpulkan berarti budaya literasi sangatlah kita butuhkan untuk membedakan kita ini masuk kategori manusia prasejarah atau sejarah.
Seorang manusia yang komitmen masuk dalam thariqoh literasi itu sama halnya masuk dalam dunia profan. Dunia yang luar biasa. Karena dunia yang tertinggi dalam derajat seorang mahasiswa. Yang perlu di ketahui Anda semua adalah bahwa dunia literasi dunia para Rasul. Karena ia harus mencari informasi-informasi yang mencerahkan seperti wahyu (baca: petunjuk) untuk masyarakat kemudian disebarluaskan kepada semuanya. Beda-beda dikitlah sama rasul tapi perannya sama.
Kalau masih ada yang mengaku titisan rasul yang belum bisa menjalankan tugas dan perannya lebih baik Anda segera bertaubat dan segeralah lakukan aksi yang konkrit. Dunia literasi dunia yang menjenuhkan bagi mayoritas manusia. Tidak hanya aktivitas yang biasa-biasa saja tetapi waktu luangnya harus di isi dengan membaca, diskusi, menulis. Hari-harinya selalu di isi dengan kegiatan yang seperti ini. Di saat para manusia lain asyik ngobrol sana-sini yang tak berarti sambil liat-liat cewek yang asoy, kalian hanya menyibukan diri dengan kopi dan diskusi.
Katakanlah kepada mereka dengan lantang “Menjadi penulis itu berat, kamu tidak akan sanggup. Biar aku saja”
Dalam filsafat ada istilah cogito ergo sum. Mungkin kalian sudah pernah mendengar istilah ini. Kalau masih mendengar kali ini berarti Anda jagonge kurang bengi, kopine kurang kentel, dolane kurang adoh.
Cogito ergo sum adalah sebuah ungkapan yang diutarakan oleh Descartes, sang filsuf ternama dari Prancis. Artinya adalah: "Aku berpikir maka aku ada". Maksudnya kalimat ini membuktikan bahwa satu-satunya hal yang pasti di dunia ini adalah keberadaan seseorang sendiri. Keberadaan ini bisa dibuktikan dengan fakta bahwa ia bisa berpikir sendiri.
Dunia literasi itu juga lebih tinggi dari hal yang menunjukkan eksistensi manusia ala Descartes. Dunia literasi sudah “Aku menulis maka aku ada”. Karena proses menulis sudah pasti sudah melalui proses dialektika yang panjang. Sedangkan proses dilaektika belum melaui proses menulis. Bisa saja hasil pikiranya hanya untuk dirinya sendiri atau masuk kategori orang egois.
Mari kita muhasabah bersama-sama. Mari kita jawab dengan jujur di dalam hati kita? Pertama, Apakah yakin bahwa Anda adalah seorang manusia sejarah? Kedua, Apakah Anda sudah berfikir? Ketiga, Apakah Anda sudah menulis? Kalau Anda belum menulis berarti Anda ini adalah seorang jin. Ada tapi tidak kelihatan. Aktif sebagai manusia tetapi fana. Karena eksistensi seorang zaman sejarah adalah dilihat dari hasil tulisannya.
Jangan takut untuk menulis. Menulislah, karena manusia dikenal dan dikenang lewat tulisannya. Pribahasa latin kuno mengatakan “Scripta manent vorba volant” Apa yang tertulis akan abadi apa yang tersuara akan berlalu bersama angin. Contoh yang paling nyata adalah kentutmu setelah bikin heboh warga kampong lalu lenyap bersama angin. Jangan takut kalau tulisan Anda dianggap tidap bermutu, kurang bobot karena memang tidak sampai berkilo-kilo. Imam Ghazali mengatakan Sepudar-pudarnya tulisan masih lebih baik daripada pikiran yang baik tapi tidak terlestarikan.
* Disampaikan saat sarasehan muskerkot PPMI Dewan Kota Tulung Agung