Sabtu, 21 September 2024

Healing 4; Masjid Agung Demak Bintoro

 

Foto di atas sebenarnya saya tidak sendiri, walaupun gambarnya sendiri tentu ada yang memfotokan. Tentu saja itu istri tercinta yang menjepret. Kalau dilihat dari bangunan sudah bisa di ketahui dimana letaknya. Sengaja foto juga saya crop bagian bawah karena sarung menceng alias tidak presisi.

Saat jalan-jalan bersama istri di masjid agung Demak, tentu bernostalgia dulu saat masih pacaran. Saya mengklaim gaya pacaran kami sangat islami. Setiap kali janjian ketemu pasti jamnya tepat sebelum masuk sholat dan janjian di sebuah masjid. Ketika sudah sampai masuk waktu sholat. Muadzin akan mengkumandangkan adzan.

Nah setelah itu ikut sholat berjamaah, ketika selesei langsung saja tidak lupa makan bareng. Biasanya paling sering makan bakso berdua sambil bercerita mimpi-mimpi masa depan yang indah. Setelah baksos habis kemudian pulang.

Sampai saat ini biasanya saat healing bareng-bareng keluarga kecil, masih menjadi kebiasaan jalan-jalan nyarkub nyantai, dan tentu akan beristirahat di masjid-masjid yang kian hari kian indah.

Dan kali ini sebenarnya tidak berdiri tetapi satu rombongan menghadiri haul sang guru Almaghfurllah KH. Ahmad Muthohar Allahu yarham di Mranggen Demak, tepatnya di pondok pesantren Darul Ma’wa (Futuhiyah ndalem) Mranggen Demak. Tentu sengaja datang lebih awal biar bisa mampir ke masjid Agung Demak sekaligus biar bisa nyarkub di Makam Raden Patah.

Masjid Agung Demak dan Saka Tatal

Yang saya tahu Masjid Agung Demak salah satu masjid tertua di Indonesia. Bahkan bisa jadi masjid yang pertama kali berdiri secara resmi dalam peradaban Islam di Jawa. Masjid Agung Demak adalah pusat kerajaan Demak Bintoro. Makanya tak heran jika di Masjid Agung Demak terdapat komplek pemakaman raja pertama kerajaan Demak Bintoro yaitu Raden Patah. 

Menurut sumber lain gelar dari raja Demak pertama adalah Kanjeng Sultan Syah Alam Akbar Sirrullah Kalimatul Rasul Amiril Mukminin Sirajudin Kamitan. Patah berasal dari kata bahasa arab fattah yang berarti pembuka. Karena akan membuka beridirinya kerajaan Islam di Jawa.

Saat membangun masjid Demak, layaknya bangunan jawa, ada yang khas yaitu saka guru yang berjumlah empat. Empak saka guru merupakan penyangga utama bangunan. Kalau Tajug Loro (joglo) biasanya para bangsawan yang punya karena luas dan untuk tempat belajar ilmu dan musawarah. Sedangkan Tajug lebih di gunakan untuk bangunan Masjid atau tempat suci. Dan saat proses pembangunan kurang satu. Proses pembuatan saka guru diserahkan kepada para wali saat itu. Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Gunung Jati, dan Sunan Kalijogo.

Sakaguru Masjid Agung Demak ceritanya sudah sangat melegenda. Empat saka guru versi para wali saat adalah empat pedoman hidup manusia yaitu Alquran, Hadist, Ijma’, dan Qiyas. 

Cerita menarik dari Masjid Agung Demak adalah tentang cerita saka tatal. Saka tatal adalah bentuk dari karamah dari Sunan Kalijogo. Saat itu saka guru kurang satu kemudian Sunan Kalijogo mengumpulkan ranting-ranting dan serpihan kayu di jadikan satu dan di ikat, kemudian Sunan Kalijogo berdoa dan jadilah kayu besar yang kuat dan utuh. Tetapi Berdasarkan cerita dari Babad Demak, saka tatal dibuat dari serpihan kayu dengan cara dipasak dan diikat menjadi batang tiang besar menggunakan perekat damar. 

Kalau membicarakan Masjid Agung Demak tentu tidak aan ada habisnya, menurut saya Masjid Agung Demak adalah Masjid Seribu Cerita.


 
Demak, 16 September 2024M/ 12 rabiul awal 1446H