Mungkin saya, bagian orang yang terlambat mengetahui lagu viral yang dinyayikan Panji Sakti yang berjudul “Kepada Noor”. Malam itu belum bisa tidur ku buka Instagram ada sebuah story foto yang backsoundnya lagu ini. Karena suasana malam yang sangat hening, lagu yang bikin tenang dan merinding dan mengingat tentang kerinduan kepada Tuhan.
Kuulangi terus-menerus tanpa bosan, akhirnya saya baca
tulisan kecil keterangan dari backsound tersebut, tertulis Panji Sakti, Kepada
Noor. Langsung ku buka youtube dan ku ketik kepada noor munculah lagu tersebut
dan kuputar versi lengkapnya.
Benar-benar merinding mendengarnya, apalagi ada lirik yang
menurut saya seperti mantra sangat membius.
Kepada Noor
Seperti burung yang sedang membuat sarang
Dari rumput dan ilalang
Kususuri setiap keindahan
Di wajah-Mu kusematkan
Rindu adalah perjalanan mengurai waktu
Menjelma pertemuan demi pertemuan
Catatannya tertulis di langit malam
Di telaga dan di ujung daun itu
Rindu mengekal menyebut nama-Mu berulang-ulang
Rindu mengekal menyebut nama-Mu berulang-ulang
Rindu mengekal menyebut nama-Mu
Kudalami lebih lanjut tentang lagu ini. Dan ternyata lagu ini adalah musikalisasi puisi, puisi yang ditulis oleh M. Syarif Hidayat untuk istrinya yang bernama Siti Nurbaya yang memang paggilannya Nur. Tetapi dalam ceritanya Panji sakti tergerak hatinya untuk menciptakan musikalisasi puisi ini karena ada dorongan rohani dalam memaknai puisi itu.
Mungkin bagi penulis puisi itu untuk istrinya tapi bagi
panji Noor dimaknai bagi Noor sang pemilik semesta. Apakah hal itu salah? Tidak
salah karena ketika sebuah karya puisi ketika sudah terpublish entah tercetak
di media massa, buku, atau bahkan medsos. Interpretasi diserahkan kepada
masing-masing pembaca.
Tapi bagi saya memang musikalisasi antara nada dan lirik sangat luar biasa. Bagi saya ini bukan sekedar musik biasa tapi ajaran sufi. Bagai kerinduan seorang hamba kepada penciptanya.
30 Mei 2024