Kamis, 10 November 2011

Memahami Indonesia (3)


Negeri dengan segudang masalah, barangkali itulah sebutan yang pas untuk negeri ini. Banyak sekali problem yang dihadapi negeri tercinta ini. Di akhir-akhir ini banyak kasus yang selalu tidak ada penanganan yang jelas. Hanya sekedar mengingat-ingat kembali mulai dari kasus free port membuktikan bahwa aparat hanya berpihak pada yang berduit. Kasus Prita Vs Rumah Sakit Omni Internasional yang sangat jelas terlihat bahwa lagi-lagi yang berduit yang dibela. Mungkin benar apa yang sudah menjadi sindiran bahwa ‘Keuangan yang maha berkuasa’.

Kasus-kasus yang lama juga tak kunjung usai. Misalnya adalah kasus pembunuhan aktivis HAM, Munir. Dulu juga ada kasus yang heboh di tahun 1965 ada kasus pembunuhan missal atas nama G30S/ PKI. Tragedy 1998 juga tak kalah hebohnya. Atas nama demi keamanan, maka ditembakan kepada mahasiswa dihalalkan. Dan pemerintah sendiri ketika ditanya akan kejadian ini, pastilah akan mencari jawaban pembenaran dari tindakanya. Lagi-lagi jawaban pembenaran yang dibeberkan bukan kebenaran. Rupanya negeri ini telah kehilangan semangat kejujuran dan keterbukaan.

*****

Ada cerita yang unik dari negeri jepang. Saat terjadi Perang Dunia II, Negara ini terlibat aktif dalam perang itu. Pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945, bom nuklir dijatuhkan di Negeri Sakura ini. Tepatnya di Kota Nagasakidan Hiroshima. Ribuan manusia dalam hitungan menit lenyap dalam sekejap. Bias dikatakan ini merupakan titik puncak kejahatan perang. Semua orang jepang tidak ada yang tidak sedih.

Hal ini menyebabkan krisis yang sangat besar di Jepang. Tetapi dengan serentak orang jepang belajar dari krisis ini dan menyikapinya secara rasional. Sehingga memunculkan semangat baru dan munculah para ilmuan dari Jepang. Di kemudian hari, itu semua menjadikan modal Jepang untuk tampil sebagai Negara maju setara dengan negara-negara Eropa.

Lalu bagaimana dengan negeri ini?

Banyak orang merasakan, Indonesia kini mendekam dalam siklus kesedihan yang sangat mendalam. Musibah yang dating silih berganti mulai dari Tsunami Aceh, gempa Bumi di Jogja, Wedus Gembel Merapi, Tsunami Mentawai, banjir setiap tahun, dan masih banyak lagi kasus-kasus yang memilukan. Apakah kejadian seperti ini akan membuat bangsa ini belajar dari kejadian-kejadian ini. Akupun tidak bias menjawab. Karena bangsa inilah yang bias menjawabnya?

*****

Problem yang lain ketika memahami Indonesia dalam konteks sekarang adalah problem kemiskinan. Problem kemiskinan ini juga berarti menunjukan jumlah pengangguran meningkat dan produktivitas yang rendah. Ketika ada problem kemiskinan akan mempunyai dampak persoalan social meningkat. Dan yang paling mencolok adalah pada problem kesehatan dan pendidikan. Semua akan dirasa sangat mahal karena masyarakat miskin tidak bias menjangkau. Di sinilah yang mengakibatkan adanya diskriminasi. Apalagi ditunjang dengan adagium yang sengaja diwacanakan di masyarakat kalau mau bagus dan bermutu maka pendidikan harus mahal. Ada adagium yang digulirkan yang lain adalah mutu pendidikan itu berbanding lurus dengan biaya yang musti dikeluarkan. Dalam hal kesehatan juga tak kalah yaitu kalau mau pelayanan bagus haruslah dengan membayar lebih. Dan parahnya adagium ini diamini oleh semua orang.

Orang-orang yang peduli dengan nasib rakyat miskin juga memuncul adagium tandingan di antaranya adalah anak miskin dilarang sekolah. Karena memang sekolah sangat mahal dan tidak dijangkau oleh rakyat miskin. Ada juga adagium orang miskin dilarang sakit. Hal ini sangatlah wajar karena kalau si miskin sakit tidak bias berobat karena untuk berobat butuh biaya mahal. Aneh memang karena sebenarnya pendidikan dan kesehatan adalah public good. Artinya setiap masyarakat berhak mendapatkanya secara gratis, tetapi faktanya?

Penanganan kemiskinan rupanya tidak ditangani secara serius, malah dijadikan komoditas untuk “berjualan”. Banyak daerah-daerah yang mengandalkan PAD (Pendapatan Asli Daerah) sumber terbesarnya adalah pendidikan dan kesehatan. Ini menunjukan bahwa pendidikan dan kesehatan sangat mahal.

Di sisi lain, ketika media mengungkapakan fakta-fakta yang terjadi di masyarakat, seperti karena himpitan ekonomi orang melakukankriminalitas, bahkan ada yang mengakhiri agar tidak lagi merasakan penderitaan yang berkepanjangan. Pemerintah selalu menyangkalnya dan menunjukan bahwa apa yang dilakukan sudah benar walaupun realita di masyarakat tidak seperti apa yang telah dikatakan oleh pemerintah.


Blitar, 9 Nopember 2011