Banyak gedung di bangun dengan mewah di tempat yang strategis, mulai dari sekitar pasar, terminal, stasiun, ataupun juga pinggir jalan raya yang ramai. Gedung itu tidak hanya berbentuk rumah tetapi paling banyak digunakan untuk usaha seperti swalayan, mall, atau juga usaha yang lain.
Dengan kemewahan dan tempat yang
bagus tentu saja itu sudah bisa digunakan untuk menarik para pembeli. Tetapi untuk membuat usaha atau lebih
kerennya disebut dengan bisnis ini tentu saja membutuhkan modal yang tidak
sedikit. Jika dikalkulasi semuanya bisa saja modal yang yang butuhkan untuk
investasi usaha semcam ini mebutuhkan modal puluhan juta rupiah bahkan ratusan
juta rupiah.
Bagaimana dengan orang yang mempunyai keterbatasan modal atau mungkin juga
orang yang tidak modal? Tentu saja modal merupakan suatu kendala utama bagi
orang seperti itu. Dan kehidupan juga terus berjalan, yang pasti mereka juga
butuh makan untuk mempertahankan hidup.
*****
Pagi itu suasana pagi begitu cerah, matahari dengan malu-malu bersembunyi
di balik awan saat mau menampakan cahayanya. Aktivitas manusiapun sudah mulai
ramai dengan kesibukanya sendiri-sendiri, tak terkecuali Ibu Suyati dengan
sepedanya ia mengayuh menuju Pasar Lodoyo.
Setelah sampai Pasar Lodoyo, ia memarkir sepedahanya dan langsung mencari
barang-barang yang ia butuhkan mulai dari cabai, saos, kecap, dan segala
bumbu-bumbuan yang ia butuhkan. Dan yang terakhir yang juga sangat penting
yaitu daging sapi yang dilembutkan.
Setelah sampai rumah ia menjadikan makanan yang akan ia jual pada saat
sudah matang. Aktivitas ini mulai ia lakukan mulai hari raya idul fitri
kemarin. Berjualan bakso di pinggir jalan depan rumahnya, itulah kegiatan
sehari-hari keluarga kecil ini dengan tiga anak ini.
“Kulo biasane buka lak pun
mateng mas, kadang lak jam kaleh sampun siap nggeh kulo buka” ungkap Ibu Suyati saat mulai bercerita
tentang usaha barunya ini. Setiap hari ia berjualan bakso ditemani suaminya,
Bapak Mustakim.
Di tenda kecilnya dengan ukuran kurang lebih 2x3 meter inilah ia menjajakan
baksonya. Dulu sebenarnya Bapak Mustakim juga pernah berjualan bakso keliling
ketika masih sehat, kini ia sakit dan hanya bisa berjalan di sekitar rumah
saja. Saat sakit itulah modal yang yang seharusnya digunakan untuk meneruskan
jualan bakso habis untuk berobat. Dan selama beberapa tahun sebelum berjualan
berjualan bakso kembali istrinya menjadi buruh tani untuk menhidupi kebutuhan
keluarga.
Berbeda dengan Bapak Jemingin, ia mulai melakukan aktivitasnya setiap
hari mulai jam dua malam. Pada jam dua
malam ia harus bangun dan menata tempat untuk sayur-sayuran dan sekitar jam
setengah tiga pagi ia langsung menuju Pasar Lodoyo untuk belanja barang
daganganya yang akan ia jual berkeliling. Orang menyebutnya dengan Lijo (Etek: Jawa red)
“Jam loro mas bapak e
mbendinone wes tangi trus siap-siap sekitar jam setengah telu budal ndek pasar” ujar Ibu Irul istri Bapak Jemingin.
Modal Usaha
Modal merupakan bagian yang sangat penting dalam usaha selain kemauan untuk
berusaha. Kalau orang yang punya jaminan tentu akan mudah untuk mengajukan
modal melalui lembaga keuangan. Tetapi yang menjadi masalah bagi orang-orang
yang tidak punya jaminan adalah darimana akan mendapatkan modal.
Permasalahan inilah yang dialami keluarga Bapak Mustakim sebelum kembali
berjualan bakso. Ia pernah mengajukan pinjaman tetapi tidak pernah dapat dana
pinjaman. “Kulo nopo-nopo mboten gadah
mas, omah nku mawon sanes tanah kulo, nku tanahe mase kulo. Kulo namung nempati
tanah nku mawon”
“Mungkin kulo angel lak nyambut yotro
nku wedi lak kulo mboten saget mbalekne mergane kulo nggeh mboten gadah
nopo-nopo mas” tambah Ibu Suyati. Untuk modal jualan sekarang ia
meminjamnya dari ibunya sebesar satu juta rupiah, walaupun ibunya sudah mengatakan
yang penting usahanya jalan tidak usah terburu-buru untuk mengembalikan ia
tetap akan mengembalikan dan sekarang ia sudah mencicil setengahnya.
Sedangkan tentang modal usaha Bapak Jemingin, ia hanya meneruskan usaha
yang dulu pernah dijalankan istrinya. “Riyen
kulo mas sing melampah usaha nki,terus kulo gadah anak nomer kaleh niki
diterusne bapake. Eman-eman mas pun melampah mboten diterusne ”, ungkap Ibu
Irul.
*****
Sekitar pukul sebelas siang, cuaca lumayan panas di Desa Kaulon. Tiba-tiba
terdengar suara motor di luar Rumah Bapak Jemingin. Setelah beberapa menit
Bapak Jemingin masuk ke dalam rumahnya, ia baru saja pulang menjajakan sayuran.
Mulai dari sekitar setengah tiga pagi sampai jam sebelas siang ia baru
pulang bekerja. Di zaman ekonomi berbiaya tinggi, tentu
pendapatan sebagai penjual sayur tidak mampu menutupi kebutuhan
sehari-hari. Apalagi Bapak Jemingin
masih menanggung biaya sekolah Fici Avicinda Imawan, anak pertama hasil pernikahan dengan Ibu Irul yang kini duduk di
bangku SMP Satu Atap
Sutojayan. Dan juga untuk memenuhi kebutuhan hidup anak kedua yang masih balita. Dia mengaku, penghasilan dari bekerja di kebun
tidak cukup untuk sehari-hari.
“Alhamdulillah mas yang penting bisa makan dan menyekolahkan anak saya sudah
senang” ungkap Bapak Jemingin.
Menurutnya biasanya untuk usaha lijo ramainya pas hari raya, soalnya saat
itulah orang yang dari kota pulang kampung dan ramai. Tetapi pas hari biasa
yang penting bisa laba sudah senang.
Setelah sore hari, langitpun juga tak kalah cerah. Matahari sudah akan
mulai tenggelam, berganti dengan malam, suara radio kecil trus mengabarkan
pertandingan sepak bola. Ibu Suyati dan Bapak Mustakim kini bercengkrama sambil
menunggu pelanggan di tenda tempat ia berjualan bakso.
“Sekarang bakso saya tidak seramai dulu mas, beberapa tahun lalu bakso ini
lumayan ramai sehari bisa masak satu setengah kilo untuk perhari tapi sekarang
hanya bisa setengah sampai satu kilo perhari. Biasanya ini saya tutup tutup
antara jam dua belas sampai jam dua, nunggu dagangan habis dulu. Soalnya pas
malam biasanya kalau orang merasa lapar selalu keluar cari makan dan biasanya
pergi ke sini untuk memesan bakso ini” tuturnya bapak mustakim kepada saya
setelah saya memesan satu mangkok bakso dan segelas kopi.
“Nggeh dilakoni
mawon mas ngaten niki, sagete ngaten niki sing kulo lampahi. Bade usaha lintune
nggeh mboten saget” tambah Ibu Suyati.
Usaha ini mulai lagi saat hari raya kemarin. Usaha dipinggir jalan Dusun
Klampok Desa Pandanarum ini sebenarnya tempatnya lumayan strategis, selain di
pinggir jalan raya jalur ini merupakan jalur Wonotiro-Lodoyo jadi bisa dibilang
lumayan ramai, apalagi kalau pas hari minggu. Soalnya pada hari minggu banyak
orang lewat sini saat mau rekreasi di Pantai Tambak.
“Sing penting syukur mas,
lak kurang memang kurang, npo maneh nki Cica masuk SD seragame mawon dereng
kulo bayar, soale memang dereng gadah, tapi alhamdulillah biasane gurune mriki
nggeh sanjang mboten usah dipikir nemen-nemen masalah seragame Cica” keluh ia saat anaknya, Cica Mustika
merengek minta uang untuk beli jajan.
Bapak Mustakim berharap, dalam proses usaha ini berjalan lancar dan
keuntungan dari jualan bakso nantinya dapat membantu menutupi
kebutuhan keluarga. “Yang penting waras selamet, cukup untuk makan walau
hanya dengan lauk teri,” ucap Bapak Mustakim penuh syukur.
Blitar, 10 Desember 2013