Minggu, 04 Mei 2014

PENCARI SESUAP NASI; SISI LAIN KEHIDUPAN DI BALIK GEDUNG MEWAH (MALL)


 Banyak gedung di bangun dengan mewah di tempat yang strategis, mulai dari sekitar pasar, terminal, stasiun, ataupun juga pinggir jalan raya yang ramai. Gedung itu tidak hanya berbentuk rumah tetapi paling banyak digunakan untuk usaha seperti swalayan, mall, atau juga usaha yang lain.

Dengan kemewahan dan tempat yang bagus tentu saja itu sudah bisa digunakan untuk menarik para pembeli. Tetapi untuk membuat usaha atau lebih kerennya disebut dengan bisnis ini tentu saja membutuhkan modal yang tidak sedikit. Jika dikalkulasi semuanya bisa saja modal yang yang butuhkan untuk investasi usaha semcam ini mebutuhkan modal puluhan juta rupiah bahkan ratusan juta rupiah.

Bagaimana dengan orang yang mempunyai keterbatasan modal atau mungkin juga orang yang tidak modal? Tentu saja modal merupakan suatu kendala utama bagi orang seperti itu. Dan kehidupan juga terus berjalan, yang pasti mereka juga butuh makan untuk mempertahankan hidup.

*****
Pagi itu suasana pagi begitu cerah, matahari dengan malu-malu bersembunyi di balik awan saat mau menampakan cahayanya. Aktivitas manusiapun sudah mulai ramai dengan kesibukanya sendiri-sendiri, tak terkecuali Ibu Suyati dengan sepedanya ia mengayuh menuju Pasar Lodoyo.

Setelah sampai Pasar Lodoyo, ia memarkir sepedahanya dan langsung mencari barang-barang yang ia butuhkan mulai dari cabai, saos, kecap, dan segala bumbu-bumbuan yang ia butuhkan. Dan yang terakhir yang juga sangat penting yaitu daging sapi yang dilembutkan.

Setelah sampai rumah ia menjadikan makanan yang akan ia jual pada saat sudah matang. Aktivitas ini mulai ia lakukan mulai hari raya idul fitri kemarin. Berjualan bakso di pinggir jalan depan rumahnya, itulah kegiatan sehari-hari keluarga kecil ini dengan tiga anak ini.

“Kulo biasane buka lak pun mateng mas, kadang lak jam kaleh sampun siap nggeh kulo buka” ungkap Ibu Suyati saat mulai bercerita tentang usaha barunya ini. Setiap hari ia berjualan bakso ditemani suaminya, Bapak Mustakim.

Di tenda kecilnya dengan ukuran kurang lebih 2x3 meter inilah ia menjajakan baksonya. Dulu sebenarnya Bapak Mustakim juga pernah berjualan bakso keliling ketika masih sehat, kini ia sakit dan hanya bisa berjalan di sekitar rumah saja. Saat sakit itulah modal yang yang seharusnya digunakan untuk meneruskan jualan bakso habis untuk berobat. Dan selama beberapa tahun sebelum berjualan berjualan bakso kembali istrinya menjadi buruh tani untuk menhidupi kebutuhan keluarga.

Berbeda dengan Bapak Jemingin, ia mulai melakukan aktivitasnya setiap hari  mulai jam dua malam. Pada jam dua malam ia harus bangun dan menata tempat untuk sayur-sayuran dan sekitar jam setengah tiga pagi ia langsung menuju Pasar Lodoyo untuk belanja barang daganganya yang akan ia jual berkeliling. Orang menyebutnya dengan Lijo (Etek: Jawa red)

“Jam loro mas bapak e mbendinone wes tangi trus siap-siap sekitar jam setengah telu budal ndek pasar” ujar Ibu Irul istri Bapak Jemingin.

Modal Usaha

Modal merupakan bagian yang sangat penting dalam usaha selain kemauan untuk berusaha. Kalau orang yang punya jaminan tentu akan mudah untuk mengajukan modal melalui lembaga keuangan. Tetapi yang menjadi masalah bagi orang-orang yang tidak punya jaminan adalah darimana akan mendapatkan modal.

Permasalahan inilah yang dialami keluarga Bapak Mustakim sebelum kembali berjualan bakso. Ia pernah mengajukan pinjaman tetapi tidak pernah dapat dana pinjaman. “Kulo nopo-nopo mboten gadah mas, omah nku mawon sanes tanah kulo, nku tanahe mase kulo. Kulo namung nempati tanah nku mawon
Mungkin kulo angel lak nyambut yotro nku wedi lak kulo mboten saget mbalekne mergane kulo nggeh mboten gadah nopo-nopo mas” tambah Ibu Suyati. Untuk modal jualan sekarang ia meminjamnya dari ibunya sebesar satu juta rupiah, walaupun ibunya sudah mengatakan yang penting usahanya jalan tidak usah terburu-buru untuk mengembalikan ia tetap akan mengembalikan dan sekarang ia sudah mencicil setengahnya.

Sedangkan tentang modal usaha Bapak Jemingin, ia hanya meneruskan usaha yang dulu pernah dijalankan istrinya. “Riyen kulo mas sing melampah usaha nki,terus kulo gadah anak nomer kaleh niki diterusne bapake. Eman-eman mas pun melampah mboten diterusne ”, ungkap Ibu Irul.

*****

Sekitar pukul sebelas siang, cuaca lumayan panas di Desa Kaulon. Tiba-tiba terdengar suara motor di luar Rumah Bapak Jemingin. Setelah beberapa menit Bapak Jemingin masuk ke dalam rumahnya, ia baru saja pulang menjajakan sayuran.

Mulai dari sekitar setengah tiga pagi sampai jam sebelas siang ia baru pulang bekerja. Di zaman ekonomi berbiaya tinggi, tentu pendapatan sebagai penjual sayur tidak mampu menutupi kebutuhan sehari-hari. Apalagi Bapak Jemingin masih menanggung biaya sekolah Fici Avicinda Imawan, anak pertama hasil pernikahan dengan Ibu Irul yang kini duduk di bangku SMP Satu Atap Sutojayan. Dan juga untuk memenuhi kebutuhan hidup anak kedua yang masih balita. Dia mengaku, penghasilan dari bekerja di kebun tidak cukup untuk sehari-hari. “Alhamdulillah mas yang penting bisa makan dan menyekolahkan anak saya sudah senang” ungkap Bapak Jemingin.

Menurutnya biasanya untuk usaha lijo ramainya pas hari raya, soalnya saat itulah orang yang dari kota pulang kampung dan ramai. Tetapi pas hari biasa yang penting bisa laba sudah senang.

Setelah sore hari, langitpun juga tak kalah cerah. Matahari sudah akan mulai tenggelam, berganti dengan malam, suara radio kecil trus mengabarkan pertandingan sepak bola. Ibu Suyati dan Bapak Mustakim kini bercengkrama sambil menunggu pelanggan di tenda tempat ia berjualan bakso.

“Sekarang bakso saya tidak seramai dulu mas, beberapa tahun lalu bakso ini lumayan ramai sehari bisa masak satu setengah kilo untuk perhari tapi sekarang hanya bisa setengah sampai satu kilo perhari. Biasanya ini saya tutup tutup antara jam dua belas sampai jam dua, nunggu dagangan habis dulu. Soalnya pas malam biasanya kalau orang merasa lapar selalu keluar cari makan dan biasanya pergi ke sini untuk memesan bakso ini” tuturnya bapak mustakim kepada saya setelah saya memesan satu mangkok bakso dan segelas kopi.

“Nggeh dilakoni mawon mas ngaten niki, sagete ngaten niki sing kulo lampahi. Bade usaha lintune nggeh mboten saget” tambah Ibu Suyati.

Usaha ini mulai lagi saat hari raya kemarin. Usaha dipinggir jalan Dusun Klampok Desa Pandanarum ini sebenarnya tempatnya lumayan strategis, selain di pinggir jalan raya jalur ini merupakan jalur Wonotiro-Lodoyo jadi bisa dibilang lumayan ramai, apalagi kalau pas hari minggu. Soalnya pada hari minggu banyak orang lewat sini saat mau rekreasi di Pantai Tambak. 

“Sing penting syukur mas, lak kurang memang kurang, npo maneh nki Cica masuk SD seragame mawon dereng kulo bayar, soale memang dereng gadah, tapi alhamdulillah biasane gurune mriki nggeh sanjang mboten usah dipikir nemen-nemen masalah seragame Cica” keluh ia saat anaknya, Cica Mustika merengek minta uang untuk beli jajan.

Bapak Mustakim berharap, dalam proses usaha ini berjalan lancar dan keuntungan dari jualan bakso nantinya dapat membantu menutupi kebutuhan keluarga. “Yang penting waras selamet, cukup untuk makan walau hanya dengan lauk teri,” ucap Bapak Mustakim penuh syukur

Blitar, 10 Desember 2013