Dua minggu yang lalu Israel telah meluluh lantahkan Palestina tanpa ada rasa belas kasihan terhadap rakyat sipil. Kekejaman Zionis dari pertama dibentuk sudah memakan korban.
Sebelumnya Israel telah menghantam Libanon dengan dasar permusuhanya dengan tentara Hizbullah yang dipimpin Sayyid Hasan Nasrullah. Dan pada saat itu juga libanon menjadi kota yang penuh dengan teriakan jeritan anak-anak dan wanita. Dan kini peristiwa itu terjadi lagi di jalur Gaza dan permusuhan sekarang degan Hammas yang dipimpin Mahmoud Abbas.
Jalan perdamaian sudah diupayakan untuk ditempuh. Resolusi PBB juga tak dipatuhi. Israel telah kehilangan telinga. Negara timur tengah juga tak henti-hentinya mengupayakan perdamaian, dengan menunjuk Hosni Mubarak (Presiden Mesir) sebagai mediator. Tapi juga tak bisa berbuat apa-apa. Sementara korban terus bertambah mereka tidak hanya kehilangan harta, pekerjaan, tapi mereka juga kehilangan keluarga yang mereka sayangi. Banyak wanita-wanita yang menjadi janda, banyak anak-anak yang menjadi yatim. Siapa yang bertanggung jawab atas semua ini.
Negara yang di dunia yang peduli hanya bisa mengirimkan bantuan dan aksi-aksi turun jalan menentang atas kekejaman Israel. Bantuan yang datang pun kesulitan untuk mendistribusikan dan hanya bertumpuk dikota Rafah karena serangan tanpa henti terus dilakukan oleh Zionis.
Hari ini bumi Palestina banjir darah dan tetesan air mata. Apakah zionis telah buta terhadap melihat tangisan anak kecil sambil menjerit-jerit yang ditinggal keluarganya selamanya? Haruskah ke egosian harus dibayar dengan darah ribuan manusia? Egoisme selau berakibat pada wilayah yang lebih luas apalagi jika telah mempunyai kekuatan yang besar.
Blitar, 29 Januari 2009