Kamis, 10 November 2011

JANJINYA SEPERTI MIE GORENG

Kurang lebih lima ratus tahun yang lalu seorang filosof Italia, Nicolo Machiavelli memberikan nasihat. Ia mengatakan bahwa ”seorang penguasa yang ingin tetap berkuasa dan memperkuat kekuasaanya haruslah menggunakan licik dan dusta, dan digabung dengan kekejaman dengan penggunaan kekuasaan”. Nampaknya penguasa di negeri ini menggunakan nasehat dari Nicolo Machiavelli.

Tahun 2009 merupakan tahun hajatan besar negeri ini. Hajatan yang diselenggarakan lima tahun sekali. Memilih secara langsung yang akan menjadi penguasa di negeri ini, dari pemilihan DPR, DPD, bahkan juga Presiden.

Aku melihat politikus hari ini telah kehilangan kepekaan moral dan tak punya kesantunan dalam berpolitik. Bagamana tidak? Mereka rela berbuat apa saja demi kekuasaan, baik dengan kecurangan-kecurangan, baik dalam kampanye baik itu money politic atau pun dalam pemaksaan pemilih.

Lagi-lagi dalam kejadian social politik ini hanya membuatku tersenyum. Entah apa arti senyumku ini. Kalupun dalam keadaan bangga akupun tersenyum, kalau ada yang aneh aku juga tersenyum. Hanya melihat yang memilukan saja yang terkadang membuat menangis, walaupun hanya setetes air mata. Tapi yang saya amati yang terpenting dari politikus kali ini adalah syahwat politiknya tersalurkan.

Keboborokan negeri ini semakin kentara, KKN, kebohongan politik, pembungkaman pers, kekerasan, penculikan, kerusuhan, pembunuhan, politisasi agama, dan sebagainya. Entah sampai kapan semua ni akan berakhir…..?

Saat ini kampanye sudah usai, dan saatnya menjelang hari tenang. Beberapa hari yang lau sempat kulihat di berbagai media massa. Pada saat kampanye para politikus mengumbar janji. Dan setelah jadi nanti entah terealisasi atau tidak hanya waktu yang akan menjawab. Politik yang tidak bisa mewujudkan janjinya ini berlagak lupa atau atau memang lupa. Aku sendiri tak bisa menebaknya seperti yang lalu-lalu. Jika dilihat dari kondisi sekarang terlalu muluk-muluk apa yang di janjikan bahkan yang aku heran berani menjanjikan pendidikan gratis sampai universitas. Kalau dilihat saat ini sangat konyol sekali. Tapi aku juga tak tahu kalau mereka dah punya strategi lain.

Dalam kampanye setiap orasi mulutnya sampai berbusa-busa alias hujan deras. Memberikan harapan dan impian yang indah untuk masa depan. Akankah semua terbuai…??? Seperti mie goreng saja. Enak dimakan tapi tidak lurus. Kalaupun diluruskan akan putus dan yang putus itu kembali kriting lagi. Jadi harus bagaimana aku ini.

Blitar, 6 April 2009