Kamis, 26 Agustus 2021

GABUT V; JAMURAN GE GE


Jamuran yo ge ge thok

Jamur apa yo ge ge thok

Jamur gajih mberjijih sak ara-ara

Semprat-semprit jamur opo?

Inilah salah satu lirik lagu yang pernah saya nyanyikan di waktu kecil. Mungkin Anda pernah medengar atau bahkan bisa menyayikan lagu anak-anak ini. Atau bahkan waktu kecil dulu menyanyikan sambil bermain jamuran gege ini. Kalau iya berarti kita sama. Tandanya berarti sudah 'kewut', hahaha. Mungkin anak-anak jaman sekarang tidak pernah tahu kalau ada permainan bagus seperti ini.

Lagu Jamuran tidak bisa terpisahkan dari permainan jamuran. Permainan tradisional jamuran melibatkan banyak anak dan biasa dilakukan di lapangan atau tempat terbuka. Permainan ini menggambarkan kegembiraan anak-anak karena dilakukan dengan formasi melingkar sambil saling berpegangan tangan.

Tembang dolanan seperti jamuran dinyanyikan bersama-sama saat momen padang bulan, atau saat purnama. Lagu ini juga bisa dinyanyikan saat permainan di siang hari bersama teman di pelantaran atau halaman rumah yang luas. Teringat waktu kecil saya yang sering berada di tengah saat bermain jamuran.

Permainan ini terlebih dahulu dengan hompimpah untuk menentukan satu orang yang akan berdiri di tengah lingkaran. Sambil bernyanyi bersama lagu Jamuran, anak-anak berpegangan tangan sambil berputar dalam formasi melingkar. Di akhir lirik, si anak di tengah harus menyebutkan salah satu jenis jamur. Saat menyebutkan jenis jamur apa, anak-anak lain harus memperagakan hal yang berhubungan dengan jamur yang disebutkan.

Misalnya, si anak di tengah menyebutkan jenis jamur wedhus. Maka anak-anak yang lain harus menirukan gerakan wedhus. "mbek... mbek... mbek...," sambil memperagakan gaya wedhus. Apabila ada anak tidak tahu harus melakukan gerakan apa, atau terlambat bergerak, maka anak itu harus gantian menjadi anak di tengah lingkaran

Tembang dolanan jamuran berasal dari kata “jamur”. Kata jamur memang ada pada lirik tembang jamuran. Lagu jamuran adalah lagu yang berasal dari Jawa Timur dan diciptakan oleh Sunan Giri. Sunan Giri juga terkenal pencipta lagu-lagu Jawa yang sarat akan makna hidup. tak terkecuali permainan anak-anak seperti jamuran ini.

Tentu ada sebuah pesan yang ingin disampaikan sang sunan lewat permainan ini, ada nuansa pembelajaran agama yang ditanamkan mulai dari kecil lewat permainan. Ini bisa terlihat dari namanya setiap permainan yang beliau ajarkan.

Jamur diambil dari kata Jaa a mautul umuur. yang berarti telah datang habisnya usia atau kematian. Kalau kita perhatikan dengan seksama permainannya terakhir akan menjadi jamur apa? Sebenarnya permainan ini mengajarkan, bahwa manusia tidak boleh sembarangan menstigma orang. Karena selama masih hidup manusia bisa berubah. Bisa jadi seorang mungkin sudah melakukan dosa yang besar tetapi kemudian bertobat dan husnul khatimah. Selama masih hidup orang masih bisa menuju untuk menjadi apa saja. bisa menjadi orang lebih baik, bisa juga jadi orang jahat.

Bukankah ada beberapa dalam cerita-cerita sufi seorang pelacur masuk surga lantaran diakhir hayatnya ia bertobat dan berbuat baik. Ada juga cerita Kyai Barseso yang alim dan ahli ibadah karena terpengaruh tipu daya setan di akhir hayatnya akhirnya masuk neraka. 

Tetapi kesempatan untuk berubah habis atau mungkin sudah bisa dikatakan menjadi sesuatu (stigma) ketika sudah jamur. Sudah maut datang menjemput maka semprat semprit jamur apa? Dan pintu sudah tertutup untuk berubah. Mari kita bermain jamuran gege dan berhenti menstigma seseorang seperti yang dipesankan Sunan Giri lewat permainan jamuran gege.


Blitar, 26 Agustus 2021