Minggu, 08 Mei 2022

GABUT VII: KUPAT (Ngaku Lepat & Laku Papat)


Tak terasa sudah seminggu masyarakat Islam Indonesia merayakan Hari Raya Idul Fitri. Tentu saja Hari Raya Idul Fitri sangat meriah untuk masyarakat Indonesia khususnya yang berkultur Jawa. Bagi orang jawa tentu dari dulu sampai sekarang tak lepas dengan Simbol. Dan simbol untuk Hari Raya Idul Fitri adalah Ketupat atau Kupat. Sampai hari pengaruh budaya ini begitu kuat dan melekat di masyarakat tidak hanya di Indonesia tetapi sampai negeri tetangga seperti Malaisya, Singapura, Brunei Darus Salam, dan negara tetangga lainnya.

Setiap masjid, musholla, instansi pemerintah, bahkan dalam lingkup terkecil yaitu keluarga, saat megucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri selalu ada simbol ketupat. Bahkan film kesukaan anak-anak dari negeri jiran Ipin Upin ketika menampilkan saat Idul Fitri juga tak lepas dari ketupat. Ini penanda pengaruh budaya kita begitu kuat.

Setelah seminggu bagi masyarakat Indonesia akan ada penanda khusus yang dikenal dengan kupatan. Kupatan menjadi salah satu rangkaian tradisi peringatan hari raya Idul Fitri di Indonesia, khususnya masyarakat Jawa. Kupatan biasanya dilaksanakan pada hari kedelapan hari raya Idul Fitri atau 8 Syawal. Tetapi ada juga sebelum hari raya ke delapan sudah kupatan. Tetapi umumnya dilakukan pada tanggal 8 syawal.

Ketupat yang digunakan dalam tradisi Kupatan ini dibuat menggunakan daun janur yang dibentuk persegi. Kemudian diisi dengan beras yang dimasukkan ke dalam anyaman daun kelapa lalu dimasak hingga matang. Jika kita belah ketupat yang sudah matang, warna isi ketupat yang putih. Putih melambangkan kesucian hati setelah kita puasa selama Ramadhan sebulan penuh dan juga kita meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan pada orang lain. 

Lalu, daun kelapa muda (janur) dari kata جاءالنور yang artinya telah datang cahaya dalam hati kita. Janur juga mengandung makna jatining nur atau hati nurani. Bahan ketupat yang terbuat dari beras pun memiliki arti sendiri. Beras ini melambangkan hawa nafsu manusia. Jadi, arti dari ketupat secara menyeluruh adalah nafsu dunia harus kita bungkus dengan cahaya hati nurani.

Kata “ketupat” atau “kupat” berasal dari istilah bahasa Jawa yaitu “ngaku lepat” (Mengakui Kesalahan) dan "laku papat" (empat tindakan). Prosesi ngaku lepat umumnya diimplementasikan dengan tradisi sungkeman, yaitu seorang anak bersimpuh dan memohon maaf di hadapan orangtuanya. Dengan begitu, kita diajak untuk memahami arti pentingnya menghormati orang tua serta senantiasa mengharap ridho dan bimbinganya. Prosesi ngaku lepat pun tidak hanya berkutat pada tradisi sungkeman seorang anak kepada orang tua, lebih jauh lagi adalah memohon maaf kepada tetangga, kerabat dekat maupun jauh hingga masyarakat lainya, dengan begitu sebagai seorang muslim dituntun untuk mau mengakui kesalahan dan saling memaafkan dengan penuh keikhlasan. an itu disimbolkan dengan ketupat tersebut. Ketupat menjadi simbol “maaf” bagi masyarakat Jawa.

Untuk istilah laku papat (empat tindakan), diartikn dengan empat istilah, yaitu lebaran, luberan, leburan, dan laburan. Lebaran berarti akhir dan usai, yaitu menandakan telah berakhirnya waktu puasa Ramadhan dan menyongsong hari kemenangan. Makanya sampai hari ini Hari Raya Idul Fitri disebut juga dengan Lebaran. Sedangkan Luberan bermakna meluber atau melimpah, layaknya air yang tumpah dan meluber. luberan adalah budaya mau berbagi dan mengeluarkan sebagian harta yang lebih (luber). Dan masyarakat Indonesia (Jawa khususnya) pada hari raya akan menyuguhkan makanan kepada setiap tamu yang datang.

Adapun Leburan berarti habis dan melebur. Yaitu momen untuk saling melebur dosa dengan saling memaafkan satu sama lain. Biasanya setiap orang atau keluarga akan saling berkunjung dan saling meminta maaf. Mulai kepada orang tua, tetangga, kerabat dekat maun jauh, dan kepada setiap sesama. 

Yang terakhir adalah Laburan yang berasal dari kata labur. Orang dulu labur berarti mewarna degan warna putih dengan kapur. Walaupun sekarang sudah ada cat untuk mewarna tetapi istilah labur tidak berubah makna yaitu mewarna tembok atau lainnya menjadi putih. dari ini Laburan dipahami bahwa hati seorang muslim sesudah purna ramadhan (lebaran), kemudian berbagi (luberan), saling meminta maaf (leburan) berarti itu semua proses menuju laburan yakni kembali bersih nan putih itu merupakan simbol kebersihan dan kesucian hati yang sebenarnya. Yang ketika semua sudah kembali suci dsimbolakan Kupatan.

Untuk kupatan tahun ini, saya khusus meminta istri saya untuk sandingan makan kupat ada meu spesial. Yakni minta dibuatkan sambal goreng dari tahu dan tempe. Juga ada daging ayam yang dipotong kecil-kecil kemudian dicampur kuah Ingkung yang kalau orang Jawa menyebutnya dengan sareh. Disebut sareh karena sereinya dilidah rasanya dominan. Warnanya kuning karena dicampur dengan kunyit, orang jawa menyebutnya kunir dari kata كن النور (kun nuur) yang berarti jadilah cahaya. Sebenarnya ini adalah simbol doa, sareh yang berarti sabar. mudah-mudahan terus diberikan hati yang sabar.


Blitar, 8 Mei 2022M/ 7 Syawal 1443H