Selasa, 21 Maret 2023

GABUT IX; KEMBANG BOREH

Kembang Boreh

Bulan sya’ban dalam kalender hijriah, di Jawa dikenal nama sasi ruwah. Pada bulan ini tradisi bagi masyarakat Jawa adalah ziarah kubur ke makam-makam leluhur (keluarga yang sudah meninggal). Ada juga tradisi unggahan yaitu dengan sedekah diniatkan pahalanya untuk sanak saudara yang sudah meninggal.

Nama ruwah sendiri menurut Bahasa dari kata “meruhi arwah”. Sedangkan arwah  berarti jama’ dari ruh. Artinya ruwah merupakan bulan dimana berkirim doa kepada orang yang sudah meninggal.

Tapi sebagaian kecil masyarakat masih ada yang meragukan tentang boleh tidaknya amalan-amalan ini dalam kacamata agama. Saya juga tidak hendak membela baik yang membolehkan maupun yang melarang. Tapi saya lebih tertarik pada tradisi yang populer dengan istilah nyekar ini, dan saya juga melakukannya setiap tahun. Bagi saya perdebataan masalah ini sudah finis. Tidak perlu ada pembahasan lebih karena mayoritas ulama menganjurkanya untuk berziarah kubur. 

Kemarin saya nyekar ke makam-makam. Mumpung bulan sya`ban. Baik itu makam mbah-mbah dan juga para auliya’. Kebetulan lokasi makam mbah saya dan mbahnya istri lumayan jauh. Kami harus meluangkan waktu khusus sehari untuk nyekar. Karena jarak yang jauh dan melewati jalanan yang jauh kalau pas melewati makam para auliya’ mampir juga untuk ziarah sekaligus istirahat.

Saat nyekar atau ziarah juga tidak lupa membawa kembang boreh. Saat nyekar, kuburan dibersihkan, ditaburi kembang boreh setelah itu mendoakan almarhum agar dimaafkan segala dosa selama hidupnya.

Teringat saat ngaji dulu, berkaitan dengan hal ini, ada sebuah hadist nabi terkait dengan ini. Ada kisah ketika Nabi Muhammad SAW menancapkan pelepah kurma untuk meringankan siksa kubur yang dialami dua orang yang berbeda.

Hadist ini dari Ibnu Abbas ra, ia berkata, Bahwa nabi Muhammad SAW pernah melewati dua buah kuburan, lalu beliau berkata; "Kedua penghuni kubur ini sedang disiksa. Mereka disiksa bukan karena dosa besar melainkan karena dia tidak menyucikan diri dari kencingnya, sedangkan yang lain karena suka mengadu domba."

Kemudian beliau mengambil pelepah kurma basah dan membelahnya menjadi dua bagian. Masing-masing ditancapkannya di dua kuburan tersebut.

Para sahabat lantas bertanya, "Ya Rasulullah, kenapa engkau lakukan itu?" Beliau bersabda, "Semoga diringankan siksa kubur keduanya, selama kedua pelepah ini belum kering." (HR. Bukhari)

Islam di Indonesia, rasanya musykil menemukan pelepah kurma di Indonesia. Kemudian ulama nusantara mengganti dengan tumbuhan lain. Karena di Jawa, orang jawa segala sesuatu pasti dipenuhi dengan sarat dan simbol. Tentu saja ini dimanfaatkan untuk media dakwah para ulama nusantara. Maka pelepah kurma diganti dengan kembang boreh. 

Umumnya kembang boreh adalah campuran sejumlah kembang seperti mawar, melati, kantil, kenanga, dan daun pandan yang dibungkus daun pisang dan diolesi minyak wangi. Kalau pas beli kembang boreh kemarin isinya kembang kenongo, mawar, dan bermacam-macam bunga yang warna-warni. Masing-masing daerah ada beberapa perbedaan. Desa mawa cara, seje desa seje acara tetapi beberapa kesamaannya adalah ada kembang kenongo, mawar, dan minyak wangi, biasanya serimpi. 

Tentu ini ada maknanya, yang pertama kembang kenongo yang artinya keno ngono keno ngene ning ojo ngono (bisa seperti disana bisa seperti disini tetapi semua harus sesuai aturan). Kembang kenanga juga bisa diambil kata nganang yang berarti kapercayaan kalau pengeran iku ono, ora sare (Tuhan itu ada dan tidak pernah tidur). 

Sedangkan kembang mawar berarti mawarno-warno (berwarna-warni perlambang kehidupan) bahwa manusia itu banyak macamnya (prilakunya). Kembang mawar diartikan juga mawiarso: niat sing apik ben tumindak e apik (niat yang bagus biar perbuatan kita juga bagus). 

Mawar yang digunakan biasanya berwana merah, saat kembang mawarnya habis biasanya sama penjualnya akan diganti dengan kembang yang warnanya juga merah yang melambangkan darah. Darah yang mengalirkan saripati makanan ke seluruh tubuh, manusia harus seperti darah mempunya manfaat untuk semuanya.

Dan tentu kembang boreh di taruh ditabur di dekat maesan, biar saat nyekar selalu ingat tentang sangkan paraning dumadi. bagi yang belum tahu sangkan paraning dumadi sebenarnya adalah arti dari inna lillahi wa inna ilaihi roji`un