Minggu, 19 Maret 2023

GABUT VIII; WAHYU TUMURUN

Foto: Narsis


Dari sekian baju yang saya miliki termasuk sarung, ada hal yang menurut saya unik. Kalau buka lemari baju jumlah sarung masih mendominasi terbanyak, kemudian baju, terus celana. Kalau baju ada dua jenis, yaitu berwarna polos dan batik. Kalau membincang soal batik tentu saja tidak akan ada habisnya. Menurut Wikipedia batik adalah kain bergambar yang pembuatannya secara khusus dengan menuliskan atau menerakan malam (menunjuk pada bahan untuk batik) pada kain itu, kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu yang memiliki kekhasan.

Di Indonesia negara tercinta ini batik sudah sangat diakui secara internasional. Bahkan Unesco telah menetapkan batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk budaya lisan dan non bendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober 2009. Kini setiap tanggal 2 Oktober kita semua sebagai rakyat Indonesia memperingati Hari Batik Nasional.

Kalau berbicara lebih dalam di Indonesia setiap daerah punya ciri khas dan motif batik masing-masing. Pekalongan sangat terkenal dengan batik motif Mega Mendung. Batik saserangan dari Banjar kalimantan selatan. Sedangkan dari Blitar ada motif Rampokan Macan. Dan masih banyak lagi motif-motif lainya dan dari daerah yang sangat beragam. terutama di daerah Jawa.

Secara etimologi batik berasal dari bahasa jawa ambathik, yaitu ambha dan nithik. Ambha berarti luas dan nithik berarti kata kerja membuat titik-titik. Dari titik-titik itu kemudian dihubungkan menjadi pola-pola tertentu. Pembuatan pola-pola itu pada kain yang ambha.

Kembali ke batik. Pola-pola batik terutama di Jawa motif-motifnya punya makna filosofi yang sangat tinggi, bahkan nilai estetika dan religiusitasnya sangat tinggi. Salah satunya adalah batik Wahyu Tumurun. Batik Wahyu Tumurun salah satu motif batik tertua di Indonesia.

Motif batik Wahyu Tumurun ada sejak zaman kerajaan Mataram Islam. Konon dalam mebuat motif batik tidak hanya diperlukan kemampuan dalam ilmu seni saja tetapi juga dibarengi dengan laku tirakat oleh si pencipta motif batik tersebut. bisa puasa, khalwat, atau juga lewat amalan-amalan dzikir kemudian mendapat pentunjuk untuk pola yang pas dan serasi.

Wahyu tumurun berasal daru kata wahyu yang berarti petunjuk. Dalam sejarah Islam wahyu yang pertama kali turun kepada Nabi Muhammad SAW saat 17 ramadhan ketika beliau berkhalwat di Gua Hira`. Kemudian datanglah malaikat Jibril membawa wahyu pertama yaitu surat Al-Alaq ayat 1-5. Sedangkan kata tumurun berarti turun. Dalam hal ini wahyu tumurun bisa diartikan datangnya petunjuk.

Konon batik ini pertama kali ada pada masa kerajaan Mataram Islam masa panembahan Senopati. Dan mengalami kemajuan menjadi terkenal pada masa Mataram dipimpim Sultan Agung Hanyokrokusumo. Pada masa Sultan Agung inilah Mataram Islam mencapai puncak kejayaan tidak hanya dalam kekuasaan tetapi budayanya. Salahsatunya tersebarnya motif batik Wahyu Tumurun dikalangan bangsawan-bangsawan tidak hanya di kerajaan Mataram tetapi juga kerajaan lain. Karena memang dari sisi budaya Mataram menjadi trend centre.

Setelah perjanjian Giyanti, motif batik Wahyu Tumurun akan kita temukan ada sedikit perbedaan antara Solo (Surakarta) dan Jogja (Ngayogjokarto). Yaitu pada motif burung, kalau solo adalah burung Phoenix, burung ini dikenal pada masyarakat China. Karena Solo memang saat itu banyak masyarakat Tionghoa yang tinggal di Solo dan mendukung pemerintahan Surakarta. Sedangkan wahyu tumurun motif Jogja adalah burung merak yang merupakan simbol masyarakat Jawa terutama Jogja. Sebelumnya motifnya adalah ayam jago atau sawung, wujud dari fajar (qiyamul lail).

Pada masa Sultan Hamengku Buwono I batik Wahyu Tumurun digunakan untuk i`tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan ramadhan. Kemudian setelah itu muncul juga motif-motif turunan dari Wahyu Tumurun yang menjadi ciri khas kerajaan Ngayogjokarto.

Dalam motif wahyu tumurun yang menjadi ciri khas adalah (Ketopong) mahkota terbang yang melambangkan kedudukan dan kemulyaan. Sedangkan untuk burung merupakan simbol ciri khas daerah atau kerajaan. Untuk gunung melambangkan simbol Jabal Nur, dimana di Jabal Nur ada Gua Hira tempat pertama kali wahyu turun kepada Nabi Muhammad SAW. Untuk menambah penuh biasanya ada motinya lung-lungan (tulung-tulungan) harus saling tolong menolong. Ada juga isen-isen keras berupa batu granit, artinya jangan sampai hati kita mengeras melebihi batu granit. Karena sekeras-kerasnya batu granit masih ada celah air untuk mengalir. ada lagi bunga kusuma adalah simbol dari keharuman. Dalam motif lain ada juga bukan bunga kusuma tetapi sawo kecik (sarwo becik).

Batik Wahyu Tumurun

Secara keseluruhan batik wahyu tumurun mempunyai makna untuk mendapatkan petujuk dan kemuliaan. Diharapkan yang memakai motif ini nantinya diberi petunjuk dan kemuliaan, keberkahan dan anugrah dari Tuhan yang maha Mulia. Dan tentu saja petunjuk itu sesuai dengan namany wahyu tumurun yakni Al-Qur`an. Petunjuk atau wahyu itu nantinya diharapkan bisa untuk mencapai harapan dan impian kemuliaannya.