Sabtu, 07 Agustus 2010

Yang di Butuhkan Rasa Optimis


Mudah menyerah, takut gagal sebelum mencoba, itulah keadaan masyarakat saat ini. Sikap pesimis masih menjadi satu dalam diri semua orang dalam keadaan sosial saat ini. Hal inilah yang menyebabkan mengapa peradaban masyarakat saat ini tidak bisa berkembang secara dinamis. Contohnya setiap akan terjadi sesuatu dan itu dapat diantisipasi semua orang tidak berfikir bagaimana agar itu tidak terjadi tetapi lebih pasrah “jika sudah takdirnya mau apa lagi”. Makanya saat ini banyak yang terjebak pada teologi-teologi yang tidak rasional, dan ini merupakan tantangan terbesar yang dihadapi bangsa indonesia saat ini.

Waktu terus berjalan seiring dengan sejarah yang terus menulis. Tetapi ada sebuah pertanyaan apakah ada orang-orang yang peduli dengan keadaan bangsa yang seperti ini. Dan yang bisa menjawab adalah diri kita sendiri. Bung Karno pernah bilang “jangan melupakan sejarah” atau kita biasanya mengenal dengan “Jas Merah”. Karena sejarah merupakan sebuah pelajaran yang dapat dijadikan acuan untuk bahan evaluasi dan refleksi agar tidak terulang lagi di kemudian hari. Jika dianalisis secara kritis, Mengapa indonesia dijajah belanda sampai kurang lebih tiga setengah abad, itu karena bangsa ini tidak punya rasa optimis yang melebihi belanda, padahal Indonesia memiliki jumlah penduduk yang banyak, sedang belanda hanya beberapa serdadu yang berada di Indonesia. Bahkan dari beberapa pendapat penduduk indonesia saat itu sudah berjuta-juta sedang serdadu belanda Cuma beberapa ribu orang saja. Ini merupakan hal yang sangat aneh hanya dengan jumlah serdadu yang sedikit bisa menguasai Indonesia sampai ratusan tahun. Sebenarnya sangat sederhana apa yang dibawa belanda saat datang ke Indonesia saat itu, yaitu rasa optimis yang tinggi. Dan dapat dibuktikan mengapa saat itu bangsa belanda punya rasa optimis yang sangat tinggi, tidak lain adalah doktrin bangsa eropa yang berkulit putih, tinggi, hidung mancung, adalah bangsa yang unggul, bangsa pemimpin, dan doktrin ini yang menyebabkan bangsa eropa, salah satunya belanda punya rasa optimis dan semangat yang tinggi.

Kita juga bisa berkaca pada jepang walaupun jepang negara yang kecil dan pada saat itu dengan tubuh yang seukuran orang indonesia dan kita telah baca dalam sejarah bangsa jepang juga pernah menguasai hampir seluruh daratan asia. Ini muncul juga adanya rasa optimis yang tinggi. Yang membuat rasa optimis itu adalah keyakinan yang dikenal dengan NIPON 3A yaitu Nipon cahaya Asia, Nipon pelindung Asia, dan Nipon pemimpin Asia.

Dan yang paling fenomenal adalah bangsa Iran, karena saat ini Iran merupakan salah satu negara yang ditakuti Amerika, dan saat ini juga Iran menjadi negara yang peradabanya maju. Dan yang paling mengagumkan lagi adalah para ulama melakukan penafsiran tentang teologi keagamaan menjadi teologi yang bisa menumbuhkan rasa optimis yang sangat tinggi, walaupun keyakinan messianisnya juga memberikan rasa optimis yang sangat tinggi.

Untuk saat ini membutuhkan sebuah keyakinan yang bisa memberikan rasa optimis yang tinggi, keyakinan yang bisa membangun bangsa ini menjadi bangsa besar, bangsa yang disegani, dan bangsa yang mempunyai peradaban yang maju tanpa harus meninggalkan karakternya sebagai bangsa yang majemuk.

Indonesia dulu pernah mempunyai rasa optimis yang dapat digunakan sebagai modal dasar untuk membangun peradaban tapi, sekarang keyakinan itu sudah luntur. Kita bisa mengingat kembali bagaimana perjuangan bangsa ini merebut kemerdekaan dari penjajah, walaupun dengan senjata yang minim dan bambu runcing bangsa ini tanpa rasa gentar berani berperang melawan penjajah, dan sekarang kita dapat merasakan hasil dari perjuangan itu. Selain dengan persenjataan yang minim ada satu kekuatan keyakinan yaitu semua pahlawan-pahlawan mempunyai rasa optimistis yang tinggi.

Tapi mengapa bangsa ini sekarang menjadi bangsa yang pesimistis. Apakah bangsa yang di kenal dengan bangsa yang religius ini ada yang salah dengan teologi-teologi yang diajarkanya sehingga banyak orang menyerah sebelum berusaha. Sikap optimis merupakan jawaban yang pasti dan yang di butuhkan untuk mengatasi keterpurukan bangsa saat ini. Perjuangan-perjuangan tak akan berhasil tanpa rasa optimis dari para pejuangnya.

Seharusnya kita meniru kepada sejarah yang menjadikan bangsa itu menjadi besar. Bangsa kita memang tak sama dengan bangsa lain, dan tak akan pernah sama, tetapi seharusnya bangsa kita harus menjadi bangsa yang besar sesuai dengan cita-cita. Jangan menjadikan bangsa lain menjadi kiblat untuk bangsa kita tetapi jadikan bangsa indonesia menjadi kiblat bangsa lain.

Mungkin sudah saatnya bangsa ini untuk bangkit, dan untuk bisa bangkit harus ada keyakinan baik melalui teologi keagamaan maupun dengan keyakinan sosial agar bangsa ini akan menemukan jati dirinya.

Related Posts:

  • HEALING (2): Jogo Manuk Hasil SC Google Dewi Sri Jogo Manuk dalam judul tulisan ini adalah jogo manuk dalam arti sebenarnya bukan jogo manuk bermakna konotatif. Kalau jogo manuk bermakna konotatif berarti harus pakai celana dalam kapanpun dan… Read More
  • Aku Tertawa Melihat Fenomena SosialDunia manusia adalah batin yang memiliki kemegahan Karena itu duhai sahabat Mungkinkah engkau menjadi bijak Sementara yang relatif terus saja kau jadikan pujaan (Jalaludin Rumi) Sejarah terus saja bergulir dengan penuh keke… Read More
  • Dakwah atau Dakwah Ada sebuah cerita yang menarik tentang dakwah Islam akhir-akhir ini. Sekelompok orang paling Islam berdakwah dengan teriak-teriak Allahuakbar. Tapi anehnya mereka tidak menirukan akhlaq nabi cara berdakwahnya, kalau nabi den… Read More
  • Memahami Indonesia (3) Negeri dengan segudang masalah, barangkali itulah sebutan yang pas untuk negeri ini. Banyak sekali problem yang dihadapi negeri tercinta ini. Di akhir-akhir ini banyak kasus yang selalu tidak ada penanganan yang jelas. Hanya… Read More
  • Tentang Tuhan Ada beberapa kata yang menggelitik tentang Tuhan. Apakah Tuhan Acuh-Tak-Acuh? berbicara Tuhan tentu tidak akan ada habisnya. bahkan sesekali muncul pikiran-pikiran "nakal" tentang Tuhan. Begitu banyak orang yang meraguka… Read More